Banyak Utang, Ingin Ambil Jalan Setan; Tanya jawab agama diasuh oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Tarjihjatim.pwmu.co – Ustadz, saya sedang terlilit banyak utang dan bulan depan harus bayar, sedangkan gaji yang saya terima minim sekali.
Saya berutang untuk menutupi kekurangan biaya hidup karena sebelumnya saya keluar kerja tanpa memperhitungkan utang saya. Jadi sampai saya bekerja lagi masih belum cukup untuk membayarnya.
Saya tidak ingin orang tua saya mengetahui tentang utang ini. Saya ingin membahagiakan orang tua tapi ternyata saya justru membebani mereka. Saya benar-benar putus asa. Ingin rasanya mengakhiri hidup dan ambil jalan setan, tapi saya masih melihat jika saya melakukan itu bagaimana orang tua saya.
Apa yang harus saya lakukan untuk semua masalah ini. Saya tidak tahu lagi harus sharing dengan siapa. Mohon bantuannya apa yang harus saya lakukan agar utang-utang ini bisa terselesaikan dan saya selalu di jalan Allah. Mohon bantuan doanya agar hajat hamba ingin membayar utang ini diijabahi oleh Allah SWT. Amin.
Jawaban
Itulah ujian kehidupan. Jika bulan depan masih juga tidak bisa membayar utang, apa sanksinya? Di-PHK atau diapakan? Sampaikan kepada teman yang memberi utang kondisi riil yang Anda hadapi.
Sudah menyadari gajinya kecil, tentunya diatur sedemikian rupa, sehingga tidak defisit. Mana yang menjadi kebutuhan primer, hindari yang bersifat konsumtif. Nah sisanya untuk menyelesaikan utang. Baru ini menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Saya yakin teman Anda menyadarinya, yang penting Anda memiliki iktikad baik untuk menyelesaikan utang-utang Anda. Kalau perlu cari tambahan penghasilan secara halal. Maka nominal pengembalian utang tambah besar.
Siapa yang tidak bangga dengan etos kerja Anda seperti itu. Malu jika masih menyandarkan ke orang lain, apalagi kepada orang tua. Ya Allah, tolonglah teman kami yang terlilit hutang ini. Engkau maha luas karunia-Mu. Curahkanlah kepada hamba yang sangat membutuhkan. Sungguh Engkau Maha Mendengar jeritan suara hati. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni