Trauma Tinggal Serumah dengan Mertua; Tanya jawab agama diasuh oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Tarjihjatim.pwmu.co – Saya, seorang wanita pekerja yang sudah berumah tangga empat tahun lebih tiga bulan. Sudah memiliki anak (3,5 tahun).
Alhamdulillah, saat ini saya dan suami sudah mandiri dari orang tua, walau masih kontrak. Jadi sudah bisa seatap bersama suami setiap hari.
Tiga bulan berjalan, saya sangat menikmati tinggal di rumah kontrakan bersama suami dan anak. Pikiran saya bisa lebih rileks dan saya pun lebih bisa mengatur aktivitas fisik saya. Namun, hidup tak pernah lepas dari masalah.
Masuk di bulan ketiga, keluarga suami mendapatkan (yang saya menyebutnya) musibah. Karena sebenarnya keluarga suami (mertua saya) dalam kondisi terbelit utang.
Sampai beberapa pekan lalu, Polisi mencari bapak mertua saya, namun sayangnya bapak mertua malah kabur entah ke mana, meninggalkan ibu mertua. Karena kondisi ibu mertua yang ketakutan, ibu mertua sementara waktu tinggal di rumah adik ipar beliau.
Melihat kondisi tersebut, suami saya, yang memang anak pertama, tidak bisa tinggal diam. Saya pun tidak pernah mencegah suami untuk membantu ibunya. Namun, ketika suami mengajak saya bermalam di rumah ibunya (karena bapak tak kunjung pulang, dan adik suami yang masih mengurusi akhir kuliahnya), saya menolak. Namun saya juga tidak mencegah suami bermalam di rumah ibunya.
Saya pun tidak jadi masalah kalau misal ibu mertua bermalam di rumah kontrakan kami, tapi ibu mertua yang menolak dengan alasan rumahnya sudah lama tidak dikunjungi.
Jujur, saya jadi teringat pernah empat tahun tinggal bersama mertua dan jauh dari suami, dengan kondisi yang makin lama saya semakin tersudutkan oleh mertua. Saya semakin lama semakin sering disalahkan, yang membuat saya masih sangat trauma untuk bermalam di rumah mertua, ataupun tinggal bersama mertua, walau hanya beberapa hari.
Namun, untuk sekadar mengunjungi beliau (mertua) beberapa jam, saya masih mau. Suami sudah pernah saya jelaskan tentang trauma saya ini, namun sepertinya beliau kurang memahami keadaan saya. Mohon saran dan nasihatnya. Atas perhatiannya, saya mengucapkan terima kasih.
Baca sambungan di halaman 2: Jawaban