Menikah Dijodohkan, Suami Tak Bekerja; Tanya jawab agama diasuh oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Tarjihjatim.pwmu.co – Ustadz, kami menikah karena dijodohkan sama orang tua (ortu). Tapi suami sebelumnya pernah punya pacar sebelum kami menikah dan sudah dilamar. Tetapi ortu suami tidak menyetujui dan memilih saya sebagai menantu.
Suami pernah bekerja tapi cuma sebentar karena dikeluarkan. Dari awal kami menikah suami hampir tidak pernah memberi nafkah ke saya sampai sekarang.
Mertua cukup terpandang di daerah kami, dan kami pun dibuatkan rumah, karena suami pernah menuntut ke ortunya karena sudah mau nuruti kemauan ortunya untuk nikah dengan saya maka minta dibuatkan rumah.
Kami punya dua anak, perempuan dan laki-laki. Yang besar sudah menikah tiga tahun yang lalu, tapi masih ikut bersama kami dan masih kuliah. Sampai saat ini suami tidak mau kerja dan hanya mengandalkan gaji saya untuk memenuhi kebutuhan semuanya.
Pernah suami bilang mengungkit-ungkit, dia menikahi saya karena dipaksa ortunya dan saudaranya. Suami sepertinya tidak peduli atau masa bodoh dengan masalah keluarga.
Pernah suami mengeluarkan kata-kata yang menjurus ke talak sampai lebih dari tiga kali, bahkan sekitar limakali.
Yang mau saya tanyakan:
- Apa talak tersebut sah atau tidak
- Terus bagaimana status hubungan kami
- Bagaimana jalan keluarnya? Apa benar hukum Islam mengharuskan saya untuk menikah lagi dengan orang lain baru bisa rujuk kembali. Karena takut dosa, saya sudah tiga tahun tidur terpisah.
Jawaban
Dasar dulunya anak manja, keturunan bangsawan. Minta rumah dibuatkan. Kerja tidak mau. Hidup mengandalkan penghasilan istri.
Ya sudah, mulai besok tidak perlu diberi nafkah. Gitu saja kok repot. Biar dia minta papanya. Zaman sudah edan, mestinya suami yang mengayomi keluarga, memberi nafkah. Yang ini malah minta dinafkahi.
Namun sindiran-sindiran itu belum sampai kepada hukum talak. Hubungan kalian resmi sebagai suami istri yang sah. Maka pertanyaan ketiga tidak perlu dijawab.
Kenapa harus pisah ranjang? Bisa jadi nanti suami cari ranjang (wanita) lain. Maka dampaknya lebih kronis. Inilah kenyataan yang harus dihadapi. Anda dapat curhat kepada orang tua suami. Biarkan ortu yang mengubah karakternya. Saya yakin kelak kalian akan mendapatkan jalan keluar yang terbaik. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni