Jawaban
Saya belum jelas apakah Anda sebagai anak kandung atau menantu. Kadang sikap orang tua diawali dari pernikahan kalian yang mungkin kurang mendapat respon dari orang tua sehingga ada dampak dalam kehidupan Anda berikutnya.
Apalagi keberadaan Anda masih serumah dengan orang tua yang sering berakibat kesalahpahaman, walaupun Anda sudah berupaya semaksimal mungkin untuk membahagiakan orang tua.
Perbedaan persepsi seperti ini sering terjadi saat anak yang telah berkeluarga masih hidup seatap dengan orang tua, apalagi jika diawali dari ketidakselarasan. Namun percayalah bahwa perilaku orang tua harus diterima sebagai rasa syukur atas perhatiannya kepada Anda, apalagi orang tua yang selalu hidup bersama keluarga Anda, mungkin merupakan ganjalan baginya.
Jika berkenan, cobalah diskusikan dengan suami untuk bisa hidup mandiri, syukur agak jauh dari orang tua. Saya yakin akan melahirkan kerinduan antara orang tua dan anaknya, bahkan terhadap cucunya. Anda tetap menjaga silaturahmi, sisihkan sebagin anugerah Allah untuk diberikan kepada orang tua. Orang tua tidak akan menilai berapa nominalnya, namun sisi perhatian anak sangat dirindukan oleh orang tua.
Yang sering menjadi momok adalah ketidaksiapan, ketidakmampuan, khawatir melihat kondisi orang tua jika ditinggalkan, dan segudang pemikiran lainnya. Itu hal yang wajar, namun jika Anda lakukan dengan niat yang tulus, insyaallah akan datang pertolongan-Nya.
Saat itulah orang tua merasakan nikmatnya berdampingan dengan anak dan menantunya. Semoga tidak ada lagi kata kasar seperti yang Anda paparkan, dan semoga ungkapan itu bukan doa, melainkan apresiasi dari kejengkelan belaka. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni