Lansia dalam Perspektif Al-Quran dan Al-Haditt; Oleh Uril Bahruddin; Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim; Staf Pengajar Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tarjihjatim.pwmu.co – Islam adalah agama yang sempurna yang memperhatikan segala sisi kehidupan manusia, mulai dari hal-hal yang bersifat pribadi, keluarga, masyarakat, hingga yang berskala besar seperti negara dan dunia secara umum.
Tidak ada suatu persoalan dalam kehidupan manusia kecuali Islam telah menyiapkan solusinya, sehingga Islam layak menjadi sistem yang cocok untuk menata kehidupan manusia.
Kesempurnaan Islam sebagaimana disebutkan dalam al-Quran: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk-mu agamamu dan telah Kucukupkan padamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama-mu.” (al-Maidah: 3)
Terkait dengan penciptaan manusia, Allah SWT telah mendisain manusia dengan disain yang sempurna, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (at-Tin:5).
Lebih jelas lagi Allah berfirman: “Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna” (al-Isra’: 70)”.
Para ulama berbicara tentang keutamaan yang dimaksud dalam ayat di atas, hampir semua pendapat mengarah bahwa keutamaan yang dimaksud adalah keutamaan akal. Karena akal adalah alasan utama bagi manusia mendapat taklif dari Allah, maka orang yang tidak berakal, tidak dituntut oleh Allah untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Dengan menggunakan akal, manusia dapat mengenal Allah dan memahami firman-Nya. Dengan menggunakan akal pula, manusia dapat mengenal Rasulullah dan risalahnya serta meneladaninya.
Lebih dari itu, tahap demi tahap perkembangan kehidupan manusia mulai dari sebelum terlahir di dunia, hingga mengakhiri kehidupan juga bagian dari persoalan yang diperhatikan oleh Islam. Pada tahap sebelum manusia dilahirkan didunia, Islam telah menganjurkan untuk memilih pasangan yang baik. Rasulullah saw bersabda:
“تخيروا لنطفكم فإن العرق دساس، وفي بعض الروايات: تخيروا لنطفكم فإن العرق نزاع” (رواه الديلمي وابن ماجة)
Artinya: “Seleksi untuk air mani (calon istri) kamu sekalian karena sesungguhnya keturunan itu kuat pengaruhnya”. (HR Ad-Dailami dan Ibnu Majah)
Setelah terjadi perkawinan, Islam memesankan kepada umatnya:
“وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالمعْرُوْفِ، فَإِنْ كَرِهْتُمُوْهُنَّ فَعَسٰى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا” ﴿النساء:19﴾
Artinya: “Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya”. (an-Nisā’:19)
Konsep berbuat baik dan mempergauli pasangan dengan cara yang paling baik secara jelas telah disabdakan oleh baginda nabi Muhammad saw. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:
“خيركم خيركم لأهله، وأنا خيركم لأهلي” (رواه الترمذي وابن ماجة)
Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan saya adalah orang yang paling baik terhadap keluarga saya” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Demikian halnya konsep Islam dalam mengelola siklus perkembangan manusia selanjutnya, hingga lanjut usia bahkan akhir hayat manusia. Namun demikian, pada kenyataannya terdapat permasalahan di lapangan yang muncul terkait hal ini, di antaranya masih banyak didapati lanjut usia dalam kondisi tua dengan kualitas hidup yang buruk, bahkan menjadi beban bagi diri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Seharusnya mereka yang sudah lanjut usia dapat menikmati kehidupan yang lebih mulia dan bahagia.
Dalam artikel ini penulis akan membahas tentang konsep Islam yang disarikan dari al-Quran dan al-Hadits terkait dengan mengelola usia lanjut agar tetap berjalan di atas garis kebenaran yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembahasan dalam artikel ini difokuskan pada tiga hal.
Pertama, bagaimana membuat usia lanjut tetap produktif? Kedua, bagaimana membuat usia lanjut tidak menjadi hambatan dalam berkarya? Ketiga, bagaimana cara memperlakukan mereka yang sudah lanjut usia?
Dengan menguraikan tiga subtema tersebut diharapkan dapat memberi inspirasi dalam rangka peduli terhadap mereka yang sudah lanjut usia, sekaligus tetap memberdayakan mereka hingga husnul khatimah.
Metode pembahasan dalam artikel ini secara keseluruhan akan disarikan dari ayat-ayat al-Quran dan al-Hadist. Sudah barang tentu akan dilengkapi dengan beberapa ilustrasi dari sumber-sumber yang sesuai termasuk dari sirah nabawiah dan para sahabat. Rujukan utama sebagai sumber data dalam artikel ini adalah kitab-kitab tafsir, hadits, dan sirah nabawiyah, serta buku-buku terkait.
Baca sambungan di halaman 2: Membuat Usia Lanjut Tetap Produktif