
Rasul Juga Manusia, Oleh Ivana Kusuma, Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Blitar.
Tarjihjatim.pwmu.co – Mereka adalah manusia yang mengalami (hal) yang biasa dialami oleh orang lain selagi tak mengurangi kehormatan mereka dalam martabat mereka yang luhur. (Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah I/18-19)
Allah berfirman:
قَالَتْ لَهُمْ رُسُلُهُمْ إِنْ نَحْنُ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ
“Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: ‘Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hambaNya’” (Ibrahim: 11).
Di antara hikmah ‘rasul untuk manusia harus sesama manusia’ adalah:
- Rasul dari kalangan manusia lebih mampu memimpin sesama manusia. Sebab, sebagai sesama manusia dia bisa merasakan apa yang mereka rasakan serta mampu melihat sesuatu dari sudut pandang mereka
- Manusia sulit melihat malaikat. Secara umum kita tidak melihat malaikat di alam dunia. Sehingga, kita akan sulit untuk mengikuti rasul jika dia berasal dari malaikat. (Ar–Rusul wa a Risâlât karya Prof Dr Umar Sulaiman al Asyqar hal. 72-73)
Tetapi malaikat bisa menjadi rasul (utusan) kepada kepada rasul dari kalangan manusia atau kepada sesama malaikat. Itulah yang dimaksud dalam ayat: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan” (Surat Fatir: 1). (Ḥadâiq ar Rawḥ wa ar Rayḥân karya Syaikh Muhammad Amin bin ‘Abdullah al Harari XV/240)
Ini menunjukkan bahwa setiap posisi harus diisi oleh pihak yang baik dan tepat. Segala kelebihan malaikat hanya bisa menjadikan mereka rasul untuk sesama malaikat atau rasul dari manusia, dan bukan rasul untuk umat manusia secara umum.
Manusia Terbaik
Sebagai pengemban Risalah, para rasul harus merupakan manusia terbaik di masyarakatnya. Di antaranya adalah dari segi:
1. Kekuatan Fisik (Kemampuan Teknis)
Misalnya, dahulu Nabi Musa pernah memukul orang dan tidak sengaja membunuhnya. Allah berfirman: “Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu” (al-Qasas: 15)
2. Kebaikan Akhlak
Allah berfirman tentang Nabi Muhammad ﷺ:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (al-Qalam: 4)
3. Nasab (Garis Keturunan)
Misalnya dahulu Kaisar Roawi bernama Herakhlius pernah mengatakan tentang para nabi: “Begitulah para rasul diutus dari nasab terbaik dari kaumnya” (dari hadits shahih riwayat Bukhari)
4. Kapasitas Diri
Dahulu Nabi Ibrahim mengalahkan secara telak Raja Namrudz yang mengaku sebagai tuhan. Dalam Quran diceritakan: “Ibrahim berkata: ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,’ lalu terdiamlah orang kafir itu” (al-Baqarah: 258).
(Ar Rusul wa a Risâlât karya Prof Dr Umar Sulaiman al Asyqar hal. 78-84, dengan tambahan pada contoh)
Sifat-sifat di atas hendaklah dimiliki oleh orang yang ingin mengadakan perbaikan di masyarakatnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni