Etika Belajar dari Jibril dan Rasulullah Oleh Muhammad Rafi Ardiansyah; Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Kabupaten Pasuruan, Mahasiswa Ilmu Hadis UINSA SurabayaKetua Umum KM3 PC IMM Kota Surabaya
Tarjihjatim.pwmu.co – Dalam mengejar keunggulan akademik, sering kali seseorang memprioritaskan pengetahuan, tugas, dan nilai. Namun, ada aspek penting yang sering diabaikan dalam proses pembelajaran, yaitu etika.
Cara berperilaku saat belajar, berinteraksi dengan teman sebaya, dan berinteraksi dengan guru dapat berdampak signifikan terhadap keberhasilan belajar mereka. Etika dalam belajar lebih dari sekadar perilaku sopan. Etika merupakan keterampilan dasar yang terbukti menumbuhkan lingkungan belajar yang positif, meningkatkan produktivitas, dan mempersiapkan individu untuk sukses di perjalanan hidupnya.
Islam melegitimasi menuntut ilmu adalah upaya mulia, dan upaya ini tidak terbatas pada memperoleh informasi akademis atau duniawi. Pentingnya sopan santun saat belajar, sebagaimana digariskan dalam ajaran Islam, hal tersebut dapat menumbuhkan karakter luhur, menghormati ilmu pengetahuan, dan meningkatkan dimensi spiritual dari pembelajaran.
Dalam sebuah Riwayat diceritakan:
“بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ…”
“Ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak di hadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangp un di antara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya di atas paha Rasulullah …”
Riwayat ini mungkin tidak asing di telinga orang-orang yang sering mengikuti kajian kitab Al-Arba’in al-Nawawi. Riwayat di atas berada di urutan kedua dari kitab tersebut. Secara umum riwayat ini diberi judul oleh Imam al-Nawawi sebagai Maratib al-Din yang bisa diartikan dengan tingkatan dalam beragama. Secara umum Rasulullah memberitahu bahwa datangnya Jibril saat itu sebagai upaya persuasif untuk mengajarkan agama kepada para sahabat.
Terlepas dari itu, ada diksi unik yang bisa kita jumpai pada riwayat di atas yaitu:
“…فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ …”
“… dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah…”
Cara Jibril duduk di hadapan Rasulullah dengan menempelkan lututnya kepada lutut Rasulullah bisa dijadikan teladan bahwa seorang murid yang ingin mendapatkan ilmu hendaknya duduk berdekatan dengan gurunya.
Baca sambungan di halaman 2: Penggunaan Bangku sesuai Etika Jibril?