• Home
  • Kajian Al-Quran
  • Kajian Hadits
  • Tanya Jawab
  • Akidah
  • Waris
  • HPT
  • Fatwa
  • Hisab dan Falak
Minggu, Mei 18, 2025
  • Login
  • Home
  • Kajian Al-Quran
  • Kajian Hadits
  • Tanya Jawab
  • Akidah
  • Waris
  • HPT
  • Fatwa
  • Hisab dan Falak
No Result
View All Result
Tarjih Jawa Timur
Advertisement
ADVERTISEMENT
  • Home
  • Kajian Al-Quran
  • Kajian Hadits
  • Tanya Jawab
  • Akidah
  • Waris
  • HPT
  • Fatwa
  • Hisab dan Falak
No Result
View All Result
Tarjih Jawa Timur
No Result
View All Result
Home Kajian Hadits

Dua Cinta Dunia dan Akhirat yang Tak akan Pernah Bersemi

Jumat 7 Juni 2024 | 13:17
6 min read
14
SHARES
51
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter
Image by freepik

Tarjihjatim.pwmu.co – Dua Cinta Dunia dan Akhirat yang Tak Akan Pernah Bersemi oleh Fakhruddin Alamsyah Anggota Divisi Publikasi dan Kaderisasi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur

Fitnah dunia sungguh menggoda. Setan pun tak henti-hentinya menjerumuskan manusia agar sibuk dan larut dengan kehidupan dunia, sehingga lupa dengan adanya kehidupan akhirat. Dan salah satu subhat yang sering terjadi adalah menjadikan cinta dunia dan akhirat menjadi dua tujuan yang ingin di raih, padahal keduanya adalah dua sisi yang berbeda.

Allah Subhanahu wata’ala yang menciptakan dunia dan menguasai seutuhnya, tapi Allah tidak pernah memuliakannya, namun sebaliknya selalu menghinakannya, dan membandingkan dengan kehidupan akherat yang lebih baik dan kekal. Hal tersebut telah termaktub dalam ayat-ayat-Nya yang agung dalam al Qur’anul karim di tambah lagi dengan banyaknya atsar-atsar para ulama’ yang juga ikut menyudutkan dunia.

Hatim Al Ashom berkata: “Tidak ada penipu paling ulung di jagad ini kecuali dunia, dan tidak ada yang berteman paling dekat dengan setan kecuali dunia,. Tidak ada orang yang paling banyak berpaling dari ketaatan kepada Allah kecuali karena dunia”

Hakikat Kehidupan Dunia

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Dan tidaklah kehidupan dunia kecuali hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah kalian tidak mau berfikir?”  (QS. Al-An’am: 32).

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang hakikat kehidupan dunia dan akhirat. “Hakikat kehidupan dunia adalah sekadar permainan dan senda gurau, permainan dengan anggota badan dan senda gurau dalam masalah hati–Hati akan menjadi bingung dan bimbang karena dunia. Jiwa pun akan berusaha memiliki sesuatu yang dicintai serta memiliki keinginan yang kuat di dalamnya. Akhirnya akan menyebabkan seorang hamba sibuk dengan dunia seperti anak-anak yang asyik dengan mainannya”.

Adapun hakikat kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia. Bagi orang-orang yang bertakwa kehidupan akhirat lebih baik kondisinya maupun sifatnya, serta lebih kekal dan abadi.

Di dalamnya terdapat segala sesuatu yang diinginkan oleh jiwa, menyenangkan dipandang mata, berupa kenikmatan yang bisa dirasakan oleh hati dan juga ruh. Di dalamnya banyak kesenangan dan sukacita.

Itu semua tidak bisa dirasakan oleh setiap orang, namun hanya khusus untuk orang-orang bertakwa yang melakukan perintah-perintah Allah dan meninggalkan serta menjauhi larangan-Nya.

Dengan kondisi demikan, tidakkah manusia mau berpikir? Tidakkah manusia mau menggunakan akalnya? Hendaknya mereka menyadari manakah di antara kehidupan dunia dan akhirat yang lebih pantas untuk didahulukan. (Lihat Taisiirul Kariimir Rahman).

Kehidupan dunia adalah kehidupan yang menipu. Kehidupan di dunia mempunyai dua sifat.

  1. Kehidupan dunia sangat dekat dan pendek waktunya. Kehidupan di dunia ini singkat, dan kehidupan di dunia berlangsung sebelum kehidupan akhirat yang abadi.
  2. Dunia itu rendah dan hina kedudukannya. Kehidupan dunia adalah hina, tidak ada kebaikan yang hakiki di dalamnya.

Kenikmatan yang dirasakan di dunia hanyalah kenikmatan badan, bukan kenikmatan hati. Oleh karena itu ahlud dunya akan terhalang dari merasakan kenikmatan hati. Allah Ta’ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barangsiapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik” (An-Nahl : 97).

Dalam ayat ini Allah tegaskan bahwa kehidupan yang baik hanya akan didapatkan oleh orang yang bisa mengumpulkan dua sifat, yaitu beriman dan beramal shalih (Lihat Tafsir Surat Al An’am li Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin).

Jangan jadi budak cinta dunia dan akhirat dilupakan !

Di antara fitnah dunia yang banyak menjerumuskan manusia adalah harta. Betapa banyak manusia rela menghabiskan waktunya hanya untuk berburu harta.

Bahkan tidak lagi peduli halal dan haram dalam mendapatkannya. Padahal Nabi kita telah mengingatkan agar kita tidak menjadi “budak harta”. Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْلَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jjika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah” (HR. Bukhari).

Dalam hadits ini, Nabi mendoakan celaka bagi hamba dinar dan yang lainnya. Seseorang disebut “hamba dinar” dan “hamba dirham” karena dia melakukan berbagai amal perbuatannya hanya semata-mata mencari harta benda.

Seandainya tidak ada harta yang bisa diraih, maka dia tidak akan beramal. Harta bendalah yang menjadikan motivasinya untuk beramal. Oleh karena itulah digelari sebagai “hamba dinar”.

Penyebutan dengan “hamba” menunjukkan bahwa hal ini termasuk perbuatan syirik, karena orang tersebut sedang menghambakan dirinya kepada selain Allah. (Lihat At Tamhid li Syarh Kitabi At Tauhid).

Dalam hadits di atas terdapat peringatan terhadap penghambaan kepada selain Allah, khususnya terhadap hal-hal yang fana seperti harta dan juga pakaian. Penghambaan kepada Allah akan membuahkan sikap ridho dan qona’ah.

Adapun penghambaan kepada selain Allah akan menumbuhkan sikap pelit, bakhil, egois, dan tamak. Termasuk perbuatan tercela yaitu mengumpulkan dan memiliki segala sesuatu yang melebihi batas kebutuhan seorang hamba sehingga menyibukkan dari beribadah kepada Allah dan tidak digunakan dalam rangka ketaatan kepada-Nya. (Lihat Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadhus Salihin).

Belajar Hidup Zuhud

Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ

“Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan hadits ini hasan).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Zuhud adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun sikap wara’ adalah meninggalkan perkara yang dkhawatirkan menimbulkan kemudharatan di akhirat”.

Imam Ahmad membagi zuhud menjadi tiga macam:

  1. Meninggalkan perkara haram. Inilah zuhudnya kebanyakan orang.
  2. Meninggalkan berlebih-lebihan dalam perkara halal. Inilah zuhudnya orang-orang khusus.
  3. Meninggalkan hal-hal yang menyibukkan dari beribadah kepada Allah. Inilah zuhudnya orang-orang yang berlimu. (Dinukil dari Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadhus Salihin)

Adapun yang dimaksud zuhud dengan yang dimiliki manusia adalah tidak memperhatikan apa yang dimiliki oleh orang lain. Dalam hadits di atas Nabi memotivasi agar bersikap zuhud dengan apa yang dimilik oleh orang lain, karena hal ini merupakan sebab kecintaan manusia kepada kita. (Lihat Syarh Arbain An Nawawi li Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin).

Semoga paparan ringkas ini menjadi pengingat bagi kita semua tentang hakikat kehidupan dunia, sehingga kita terhindar dari fitnahnya. Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.

Editor Syahroni Nur Wachid

Tags: Cinta DuniaFakhruddin Alamsyah
Share6Tweet4Send

Related Posts

Ujian

Ada Tanda Cinta Allah dalam setiap Ujian

by Syahroni Nur Wachid
Sabtu 8 Juni 2024 | 03:13
92

Ujian Tarjihjatim.pwmu.co - Ada Tanda Cinta Allah Dalam Setiap Ujian oleh Fakhruddin Alamsyah Anggota Divisi...

Apapun Keadaannya Jangan Pernah Tinggalkan Majelis Ilmu

Apapun Keadaannya Jangan Pernah Tinggalkan Majelis Ilmu

by Syahroni Nur Wachid
Jumat 7 Juni 2024 | 10:37
63

Majelis Ilmu Tarjihjatim.pwmu.co - Apapun Keadaannya Jangan Pernah Tinggalkan Majelis Ilmu oleh Fakhruddin Alamsyah anggota...

Menggapai Kelezatan Dunia dan Akhirat dengan Iman

by Syahroni Nur Wachid
Senin 17 Juli 2023 | 03:39
226

Ilutrasi Menggapai Kelezatan Dunia dan Akhirat dengan Iman (Freepik.com Premium) Menggapai Kelezatan Dunia dan Akhirat dengan Iman; Oleh Fakhruddin Alamsyah SI...

Populer Hari Ini

  • Hukum Selamatan Orang Meninggal Dijadikan Satu dengan Aqiqah

    Hukum Selamatan Orang Meninggal Dijadikan Satu dengan Aqiqah

    1047 shares
    Share 419 Tweet 262
  • Kehendak Allah Lebih Baik

    104 shares
    Share 42 Tweet 26
  • Pengembangan Manhaj Tarjih Dalam Konteks  Masyarakat Indonesia yang Multikultur

    14 shares
    Share 6 Tweet 4
  • Larangan Potong Kuku dan Rambut, untuk Hewan Kurban atau Orang yang Berkurban?

    31 shares
    Share 12 Tweet 8
  • Hukum Panitia Mendapatkan Daging Kurban

    187 shares
    Share 75 Tweet 47

Recent News

Pengembangan Manhaj Tarjih Dalam Konteks  Masyarakat Indonesia yang Multikultur

Kamis 15 Mei 2025 | 20:38
51
Rencana Allah Lebih Baik

Kehendak Allah Lebih Baik

Rabu 23 April 2025 | 08:06
371
Khutbah Idul Fitri 1446 H

Khutbah Idul Fitri 1446 H

Senin 31 Maret 2025 | 01:00
127
Tawhid Tiga Lapis Dhamir

Tawhid Tiga Lapis Dhamir

Kamis 13 Februari 2025 | 06:37
190
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Mau Usaha Kerudung tapi Pinjam Uang Berbunga ke Koperasi, Bolehkah?

Kirim Pahala untuk Orang Meninggal, Bisa Sampai?

Jumat 18 Agustus 2023 | 23:07
idul adha

Idul Adha 1445H di Indonesia, Mengapa Berbeda dengan Arab Saudi?

Minggu 9 Juni 2024 | 15:20

Manhaj Muhammadiyah Manhaj Salaf

Rabu 6 September 2023 | 21:30
Hukum Musik dan Nyanyian

Hukum Musik dan Nyanyian

Jumat 17 Mei 2024 | 09:14
Amalan agar Dimudahkan Jodoh

Amalan agar Dimudahkan Jodoh

Mau Usaha Kerudung tapi Pinjam Uang Berbunga ke Koperasi, Bolehkah?

Mau Usaha Kerudung tapi Pinjam Uang Berbunga ke Koperasi, Bolehkah?

Mau Usaha Kerudung tapi Pinjam Uang Berbunga ke Koperasi, Bolehkah?

Orang Tua Berkata-kata Tidak Baik

Mau Usaha Kerudung tapi Pinjam Uang Berbunga ke Koperasi, Bolehkah?

Menghadapi Gendam Penipuan

Pengembangan Manhaj Tarjih Dalam Konteks  Masyarakat Indonesia yang Multikultur

Kamis 15 Mei 2025 | 20:38
Rencana Allah Lebih Baik

Kehendak Allah Lebih Baik

Rabu 23 April 2025 | 08:06
Khutbah Idul Fitri 1446 H

Khutbah Idul Fitri 1446 H

Senin 31 Maret 2025 | 01:00
Tawhid Tiga Lapis Dhamir

Tawhid Tiga Lapis Dhamir

Kamis 13 Februari 2025 | 06:37

Hubungi Kami

Tarjih Jawa Timur

Tarjih Jawa Timur

Whatsapp : 0858-5961-4001
Email : pwmujatim@gmail.com

© 2023 Pimpinan Wilayah Jawa Timur

No Result
View All Result
  • Home
  • Kajian Al-Quran
  • Kajian Hadits
  • Tanya Jawab
  • Akidah
  • Waris
  • HPT
  • Fatwa
  • Hisab dan Falak

© 2023 Pimpinan Wilayah Jawa Timur

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In