Tiga Jenis Mati Syahid; Oleh Ivana Kusuma, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Blitar.
Tarjihjatim.pwmu.co – Orang-orang yang syahid dapat dibagi menjadi tiga jenis. Setiap syahid mendapat perlakuan di dunia dan akhirat yang sesuai dengan jenis syahidnya.
Syahid Dunia dan Akhirat
Yaitu orang yang terbunuh ketika berjihad fi sabilillah dengan ikhlas dan perilaku yang benar (tidak kabur, tidak korupsi rampasan perang dan sebagainya).
Dia disebut sebagai Syahid Dunia karena di dunia jenazahnya diperlakukan sebagai syahid yang di antaranya adalah: Tidak dimandikan, tidak dikafani (dimakamkan dengan pakaian yang dia kenakan saat meninggal), dan dimakamkan di tempat dia meninggal.
Dia juga disebut sebagai Syahid Akhirat karena di akhirat dia akan mendapatkan keutamaan mati syahid yang di antaranya adalah: Seluruh dosanya diampuni -selain hutang kepada manusia, selamat dari azab kubur, mendapat rumah terbaik di surga, memberi syafaat untuk 70 kerabatnya, dan lainya termasuk hanya merasa seperti dicubit saat meregang nyawa.
Syahid Dunia
Yaitu orang yang terbunuh dalam perang melawan orang kafir, tetapi dia memiliki penghalang pahala syahid yaitu riya`, sum’ah, korupsi harta rampasan perang, dan sebagainya.
Dia disebut sebagai Syahid Dunia saja karena di dunia jenazahnya diperlakukan sebagai orang mati syahid, tetapi di akhirat tidak mendapat keutamaan syahid.
Syahid Akhirat
Yaitu orang yang disebut sebagai syahid oleh Rasulullah ﷺ padahal dia tidak meninggal dalam situasi perang melawan orang kafir.
Dia disebut sebagai Syahid Akhirat saja karena mendapatkan pahala syahid di akhirat, tetapi jenazahnya di dunia diperlakukan seperti jenazah umumnya; yaitu dimandikan, dikafani, dan sebagainya.
Berdasarkan berbagai hadits shahih, di antara bentuk Syahid Akhirat adalah orang yang meninggal:
- Karena sakit perut, tenggelam, tertimpa bangunan (atau sejenisnya) yang roboh, kebakaran, maupun wabah
- Karena membela agama (di luar perang, misalnya dalam situasi berkelahi atau menolak dipaksa murtad), diri, keluarga, maupun harta. Begitu pula wanita yang meninggal karena melahirkan juga termasuk Syahid Akhirat
- Dalam keadaan ribath (berjaga di perbatasan wilayah muslim dengan wilayah orang kafir) meskipun bukan meninggal karena perang. Begitu pula orang yang terluka dalam perang kemudian meninggal karena lukanya setelah perang usai juga termasuk Syahid Akhirat
- Pernah memohon kepada Allah dengan sungguh-sungguh agar bisa mati syahid.
Catatan
- Syahid Dunia Akhirat juga sisebut sebagai Kesyahidan Besar (Syahâdah Kubra)
- Syahid Akhirat juga disebut sebagai Kesyahidan kecil (Syahâdah Shughra)
- Adapun Syahid Dunia disebut syahid secara majas saja karena dia terlihat syahid padahal tidak mendapat pahala syahid.
Referensi
- Aḥkâm asy Syahîd fi al Fiqh al Islâmi karya Syaikh ‘Abdurrahman al Karimi hal. 74-75, 248-290
- Asy Syahîd fi as Sunnah an Nabawiyyah min Wâqi’ al Kutub as Sittah karya Syaikh Muhammad bin Hamd an Najdi hal. 33, 49-98, 175-211 (*)
Editor Mohammad Nurfatoni