Tantangan Pemikiran Muhammadiyah oleh Dr Moh. Nurhakim Tim Ahli MTT PWM Jatim
PWMU.CO – Memasuki abad ke-21 masyarakat Indonesia tak dapat mengelak dari efek positif maupun negatif dari semakin kuatnya arus industrialisasi, teknologi informasi, globalisasi, dan demokratisasi.
Sebagai contoh, efek dari berkembangnya perusahan-perusahaan trannasional dan multinasional yang menempati kawasan baik di kota-kota besar maupun daerah-daerah terpencil.
Perkembangan ini tentu menimbulkan berbagai permasalahan baru baik ekonomi, politik, budaya, lingkungan, dan moral pada masyarakat setempat. Intinya, masyarakat pihak setempat lebih banyak dirugikan daripada keuntungan yang dapat diambil oleh pihak pemilik modal asing.
Sementara itu, kecanggihan teknologi informasi satu sisi membuat hidup semakin cepat dan mudah. Namun, di sisi lain menimbulkan ketertinggalan sebagian masyarakat, keterkejutan sosial, dan transparansi segala .
Semestinya masyarakat dapat lebih banyak mengambil manfaat, tapi justru banyak yang terjebak ke dalam konsumerisme dan hedonisme berkat kecanggihan teknologi informasi.
Perkembangan bidang bioteknologi kini mencapai titik yang mengagumkan sekaligus mengkhawatirkan. Mengagumkan sebagai sebuah temuan, seperti kloning hewan, dan mengkhawatirkan jika teknologi itu, sebagaimana pernah diwacanakan, akan diberlakukan pada manusia, di mana dalam pandangan etika sebagai menodai sunnatullah.
Di sisi lain, dengan berlangsungnya ekonomi pasar, hal ini berpengaruh pada semua segi kehidupan yang meninscayakan ekonomisasi, komersialisasi, professionalisasi, dan persaingan.
Bagi mereka yang berketrampilan rendah, modal sedikit, jaringan lemah, harus siap mati. Ekses lain dapat dikatakan, bahwa isu terorisme, senjata pemusnah masal dan nuklir, serta HAM, tidaklah murni tujuan hegemoni politik negara besar seperti Amerika, tetapi ujung-ujungnya juga penguasaan ekonomi.
Perang budaya (ghazwu al-tsaqafi) sebenarnya sudah cukup lama terjadi di tengah-tengah masyarakat Muslim, di mana arus utamnaya adalah antara budaya Islam dan Barat.
Seperti diprediksikan S. Hutington, benturan peradaban tak terelakkan, dan kini telah menjadi kenyataan yang amat mengkhawatirkan proses-proses perdamaian. Lagi-lagi umat Islam di pihak yang dicitrakan terpojok atau memang “benar-benar” kalah.
Demokratisasi khususnya di bidang politik merupakan perkembangan yang luar biasa cepat dan lumayan memberikan harapan-harapan baru bagi rakyat. Era di mana rakyat lebih banyak mengambil kedaulatnnya kini mulai dapat dirasakan.
Sebagai implikasinya, pluralitas kehidupan sosial dan budaya merupakan keharusan sejarah bangsa kita. Ketidaksiapan dalam memasuki alam demokrasi dan pluralitas kehidupan sosial, akan menimbulkan kehidupan Muhammadiyah termarginalkan.
Menghadapi permasalahan masyarakat sebagaimana disinggung di atas, bagaimanakah kesiapan Muhammadiyah.
Editor Syahroni Nur Wachid