
tarjihjatim.pwmu.-Manusia mempunyai kehendak, tetapi tidak berdiri sendiri; kehendak manusia itu berada dalam kehendak Allah. Disarikan oleh Saiful Ibnu Hamzah, Anggota Divisi Kaderisasi dan Publikasi Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Dalam kehidupan ini, sering kali kita merencanakan berbagai hal dengan harapan semuanya berjalan sesuai keinginan kita. Namun, tidak jarang pula rencana tersebut tidak terwujud seperti yang kita harapkan. Dalam momen-momen seperti itu, penting untuk mengingat bahwa rencana Allah selalu lebih baik daripada rencana manusia.
Allah memiliki pengetahuan yang sempurna tentang apa yang terbaik untuk kita. Sering kali, kita hanya melihat dari sudut pandang yang terbatas, sementara Allah melihat gambaran yang lebih besar. Rencana-Nya mungkin tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, tetapi percayalah bahwa itu adalah yang terbaik untuk kita.
Ketika kita menghadapi kegagalan atau perubahan rencana, kita harus belajar untuk berserah kepada kehendak-Nya dan percaya bahwa ada hikmah di balik setiap kejadian. Dengan mengandalkan rencana Allah, kita dapat menemukan kedamaian dan ketenangan, serta belajar untuk menerima bahwa segala sesuatu terjadi untuk alasan yang baik.
Jadi, ketika rencana kita tidak berjalan seperti yang diharapkan, ingatlah bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik. Tetaplah berdoa, berusaha, dan percaya bahwa Dia selalu menginginkan yang terbaik untuk kita.
1. Allah Maha Mengetahui, Manusia Tidak
Allah berfirman:
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat ini mengajarkan bahwa kita harus yakin dan berserah kepada Allah dalam semua keadaan, sebab hanya Allah yang mengetahui akhir dari setiap perkara.
2. Hadits Tentang Takdir dan Ketetapan Allah
Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِعْلَمْ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ، وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَك
“Ketahuilah, apa pun yang menimpamu tidak akan meleset darimu, dan apa pun yang meleset darimu tidak akan menimpamu.” (HR. Abu Dawud, no. 4699; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Hadits ini mempertegas bahwa takdir Allah tidak akan pernah salah sasaran. Hal ini menjadi penguat iman ketika menghadapi kenyataan yang tak sesuai rencana.
3. Allah adalah Sebaik-baik Perencana
Allah berfirman:
وَمَكَرُوا۟ وَمَكَرَ ٱللَّهُ ۖ وَٱللَّهُ خَيْرُ ٱلْمَـٰكِرِينَ
“Mereka membuat makar, dan Allah pun membuat makar. Dan Allah adalah sebaik-baik pembuat makar (rencana).” (QS. Ali ‘Imran: 54)
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menunjukkan bahwa rencana Allah tak dapat dikalahkan oleh tipu daya manusia. Rencana Allah meliputi segala sesuatu yang tersembunyi dan yang akan datang.
4. Kisah Nabi Yusuf: Ujian yang Menjadi Kemuliaan
Dalam QS. Yusuf: 100, Nabi Yusuf berkata:
إِنَّ رَبِّى لَطِيفٌۭ لِّمَا يَشَآءُ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْعَلِيمُ ٱلْحَكِيمُ
“Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Yusuf: 100).
Syaikh As-Sa’di menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan bahwa Allah kadang menurunkan ujian dan kesulitan sebagai jalan menuju kemuliaan dan kemenangan yang tak terduga.
5. Tawakal Setelah Ikhtiar
Allah berfirman:
وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَـٰلَمِينَ
“Dan kamu tidak dapat menghendaki sesuatu kecuali jika Allah menghendakinya.” (QS. At-Takwir: 29)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumuddin menyebutkan bahwa tawakal adalah buah dari iman. Seorang mukmin yang bertawakal memahami bahwa hasil adalah milik Allah, meskipun dia telah berusaha sekuat tenaga.
6. Takdir dan Qadha dalam Akidah Muhammadiyah
Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (HPT), Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dijelaskan sebagai berikut :
a. Makna Qadha dan Qadar
Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, disebutkan bahwa:
“Qadha ialah keputusan Allah sejak zaman azali terhadap segala sesuatu yang akan diciptakan dan yang akan terjadi. Sedangkan qadar ialah perwujudan dari qadha itu dalam bentuk kenyataan sesuai dengan ilmu, kehendak, dan hikmah Allah.”
Jadi, Muhammadiyah memahami qadha sebagai ketentuan Allah yang bersifat umum dan azali, sedangkan qadar adalah bentuk aktual atau pelaksanaan dari ketentuan tersebut di dunia nyata. Ini menjadi dasar bahwa segala yang terjadi—baik atau buruk di mata manusia telah berada dalam kendali dan rencana Allah.
b. Kedudukan Takdir dalam Akidah Muhammadiyah
“Kita wajib percaya bahwa Allahlah yang menciptakan segala sesuatu dan telah menentukan segala sesuatu dengan pengetahuan, kehendak, dan kebijaksanaan-Nya. Semua perbuatan manusia terjadi atas kehendak dan izin-Nya, namun manusia tetap memiliki ikhtiar (pilihan) dalam bertindak.”
(HPT Bab I: Akidah, Bagian Qadha dan Qadar)
Artinya, meskipun Allah telah menentukan segala sesuatu, manusia tetap punya tanggung jawab moral atas pilihan-pilihannya. Dalam hal ini, ketika rencana manusia tidak berjalan sesuai harapan, maka yang harus dilakukan adalah berserah dan percaya bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik.
c. Sikap Seorang Mukmin terhadap Rencana Allah
Muhammadiyah menekankan pentingnya: Tawakal (berserah diri kepada Allah setelah berusaha), Ridha terhadap keputusan Allah, Dan sabar ketika menghadapi ujian. Sikap ini berpijak pada pemahaman bahwa segala kejadian mengandung hikmah, sebagaimana firman Allah:
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
d. Penekanan pada Rasionalitas dan Kehendak Bebas
Muhammadiyah secara tegas menolak paham jabariyah (yang menyatakan manusia tidak punya kehendak), dan juga qadariyah ekstrim (yang menyatakan manusia sepenuhnya bebas). Muhammadiyah mengambil posisi moderat:
“Manusia mempunyai kehendak, tetapi tidak berdiri sendiri; kehendak manusia itu berada dalam kehendak Allah.” (HPT, Bab Qadha dan Qadar)
Dengan demikian, Muhammadiyah mengajarkan bahwa manusia boleh berencana, berusaha, dan memilih, tetapi hasil akhirnya tetap di tangan Allah, dan hasil itu pasti mengandung kebaikan yang mungkin belum tampak secara langsung.
Keyakinan bahwa rencana Allah lebih baik daripada rencana manusia merupakan bagian inti dari akidah Muhammadiyah tentang takdir dan qadha-qadar. Sikap yang dianjurkan adalah: Ikhtiar maksimal, Tawakal dan ridha, Sabar terhadap hasil, Meyakini bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Penutup
Setiap peristiwa dalam hidup adalah bagian dari rencana Allah yang lebih agung. Meskipun terkadang tidak sesuai harapan kita, yakinlah bahwa di baliknya selalu ada kebaikan. Maka, mari kita perkuat iman, tingkatkan ikhtiar, dan serahkan hasil sepenuhnya kepada Allah. Rencana-Nya tak pernah salah.
Penulis/Editor : Saiful Ibnu Hamzah