Tarjihjatim.pwmu.co – Idul Adha 1445H di Indonesia, Mengapa Berbeda dengan Arab Saudi? oleh Andi Sitti Mariyam MSi Anggota Divisi Hisab dan Falak Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim); Dosen Astronomi Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Muhammadiyah melalui maklumat PP telah menetapkan 1 Dzulhijjah 1445H jatuh pada tanggal 8 Juni 2024, dan dengan demikian Idul Adha akan jatuh pada tanggal 17 Juni 2024. Demikian juga pemerintah indonesia melalui sidang Itsbat telah memutuskan bahwa 1 Dzulhijjah 1445H jatuh pada 8 Juni 2024 dan Idul Adha pada tanggal17 Juni 2024, tidak berbeda dengan ketetapan Muhammadiyah. Tahun ini tidak ada perbedaan dalam pelaksanaan waktu Shalat idul Adha.
Sementara Arab Saudi telah mengumumkan bahwa 1 Dzulhijjah 1445H jatuh pada tanggal 7 Juni 2024, oleh karena itu Idul adha di Arab Saudi akan dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2024, dan hari Arafah 15 Juni 2024, satu hari lebih cepat dengan mayoritas kaum muslimin di Indonesia.
Di waktu yang lalu seringkali ketetapan Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah PP Muhammadiyah bersamaan dengan Arab Saudi, namun mengapa kali ini berbeda?
Hisab Muhammadiyah
Kalender Hijriyah Muhammadiyah hingga Bulan Dzulhijjah 1445H masih mengacu pada hisab hakiki wujudul hilal sebelum beralih ke Kalender Hijriyah Global Tunggal yang akan mulai diberlakukan pada 1 Muharram 1446H.
Hisab hakiki wujudul hilal ini mensyaratkan awal bulan Hijriyah dimulai apabila telah terjadi konjungsi atau ijtimak, yaitu posisi segaris matahari-bulan-bumi, saat matahari terbenam di Kota Yogyakarta. Sedangkan waktu konjungsi awal dzulhijjah terjadi pada tanggal 6 Juni 2024 pukul 19:39 WIB, oleh karena itu pada tanggal tersebut saat maghrib di Yogyakarta bulan masih di bawah ufuk dan 1 Dzulhijjah ditetapkan dimulai saat maghrib di hari berikutnya.
Kalender Arab Saudi
Selama beberapa dekade pemerintah Arab Saudi mengacu pada kalender yang disebut dengan Ummul Qura (Umm Al-Qura) untuk keperluan sipil sehari-hari. Prinsip dasar kalender Ummul Qura sama dengan hisab hakiki wujudul hilal Muhammadiyah, hanya yang menjadi acuan adalah Kota Makkah.
Namun khusus untuk Bulan Ramadhan Syawwal dan Dzulhijjah, Arab Saudi masih mengacu pada rukyatul hilal. Pemerintah akan menyerukan para ahli, alim ulama dan rakyat biasa untuk merukyat. Hasil laporan penampakan hilal akan menjadi dasar bagi penetapan Awal bulan Ramadhan Syawwal dan Dzulhijjah.
1 Dzulhijjah 1445 Arab Saudi
Arab Saudi menetapkan 1 Dzulhijjah 1445H berdasarkan laporan rukyat pada tanggal 6 Juni 2024 saat maghrib. Berbeda dengan Indonesia yang secara geografis berada lebih di timur. Arab Saudi yang lebih di barat akan mendapati Bulan lebih tinggi saat maghrib dibandingkan Indonesia.
Pada tanggal 6 Juni saat maghrib di Arab Saudi telah terjadi konjungsi. Bulan di Arab saudi sudah wujud di atas ufuk dengan ketinggian sekitar 1 derajat, meskipun sebetulnya kecil kemungkinan untuk dirukyat. Namun Arab Saudi tidak menetapkan awal bulan dengan kriteria imkanurrukyat (yaitu kebolehjadian bulan dapat dirukyat), sehingga kesaksian melihat bulan sudah dianggap syar’i dan memenuhi syarat bagi penetapan 1 Dzulhijjah.
Kebutuhan Umat akan Kalender yang Global dan Tunggal
Arab Saudi, Muhammadiyah maupun Pemerintah Indonesia, baik dengan metode hisab maupun rukyat, pada dasarnya masing-masing masih mengacu pada kalender yang bersifat lokal. Sebuah kalender seyogyanya berlaku global, mencakup daerah yang luas di permukaan bumi, digunakan untuk keperluan ibadah maupun keperluan sipil sehari-hari, seperti halnya kalender Masehi.
Apalagi di dunia yang semakin global seperti sekarang ini, dimana antar negara nyaris tanpa batas pertukaran informasi, kelander yang global sangat dibutuhkan oleh umat. Inilah PR besar umat Islam yang diupayakan solusinya melalui Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) yang akan diberlakukan Muhammadiyah mulai 1 Muharram 1446H bulan depan.
Dengan KHGT diharapkan satu hari satu tanggal akan berlaku di seluruh permukaan Bumi. Baik pelaksanaan Ibadah seperti hari Arafah, Puasa Ramadhan dan hari-hari raya dengan kalender yang bersifat global akan dilakukan secara bersamaan oleh kaum muslimin di seluruh dunia.
Editor Syahroni Nur Wachid