Kesalahan
Para nabi juga bisa lupa. Dahulu Rasulullah ﷺ pernah lupa sehingga menunaikan Salat Zhuhur lima rakaat (HSR Muslim), beliau juga pernah lupa bacaan surat dalam salat (HHR Abu Dawud). Peristiwa yang pertama mengajarkan tentang sujud sahwi, dan yang kedua mengajarkan bahwa makmum perlu membacakan ayat dengan benar ketika imamnya lupa.
Selain itu para nabi juga bisa melakukan kekeliruan. Dahulu Rasulullah ﷺ ingin mensalati jenazah tokoh munafik bernama Abdullah bin Ubay bin Salul, dan hal ini dipertanyakan oleh Umar bin Khattab. Lalu turun ayat yang membenarkan pemikiran Umar agar jangan mensalati jenazah orang munafik:
وَلَا تُصَلِّ عَلَى أَحَدٍ مِنْهُمْ مَاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَاتُوا وَهُمْ فَاسِقُونَ
“Dan janganlah kamu sekali-kali mensalati (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka mati dalam keadaan fasik” (at-Taubah: 84). (As Sîrah al ‘Umariyyah karya Syaikh Musa bin Rasyid al ‘Azimi hal 164-165, mengutip dari hadits shahih riwayat Imam Bukhari dan Muslim).
Bahkan mayoritas ulama juga mengatakan bahwa para nabi pun bisa melakukan dosa kecil seperti Nabi Adam dan istrinya yang memakan buah terlarang di surga. Oleh sebab itu, keduanya lalu mengucapkan:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi” (Surat al A’raf: 23). (Ar-Rusul wa a Risâlât karya Prof Dr Umar Sulaiman al-Asyqar hal.107)
Meskipun para nabi juga bisa melakukan kekeliruan, tetap ada hal-hal yang dijaga agar tidak mereka lakukan. Misanya: Dosa besar (terutama kekufuran dan kemunafikan) dan kesalahan dalam hal menyampaikan risalah. (Ar-Rusul wa a Risâlât karya Prof Dr= Umar Sulaiman al-Asyqar hal 98-99 dan 106)
Hikmah
Allah menjadikan para rasul sebagai manusia terbaik, agar mereka dapat menyampaikan dan menjadi teladan risalah Islam dengan sebaik-baiknya.
Allah juga menjadikan mereka memiliki kebutuhan harian, mengalami musibah, dan bisa mengalami lupa, keliru, dan dosa kecil; agar tetap jelas bahwa mereka tidak memiliki sifat ketuhanan. Selain itu, juga agar mereka dapat memberi contoh bagaimana bersikap saat mengalami musibah, terlanjur melakukan kesalahan, dan sebagainya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni