
Mengapa Terjadi Perbedaan Bacaan
Muncul sebuah pertanyaan mengapa ada perbedaan bacaan dalam al-Qur’an padahal hal ini yang bisa menjadi hujatan bahwa al-Qur’an tidak konsisten. Tentu adanya perbedaan qiraat atau bacaan dalam al-Qur’an ini bukan semata-mata bentuk tidak konsisten, bahkan adanya perbedaan bacaan ini yang kemudian menjadi sebuah cara merebaknya islam. Hikmah adanya perbedaan qiraat dapat dijadikan beberapa point sebagai berikut:
- Keanekaragaman Dialek Arab: Pada zaman Nabi Muhammad, berbagai suku Arab memiliki dialek-dialek berbeda. Al-Quran diwahyukan dalam dialek Quraisy yang dipahami oleh banyak orang Arab. Namun, ketika Islam berkembang dan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya dan linguistik masuk Islam, mereka menghadapi kesulitan dalam mengucapkan ayat-ayat Al-Quran dengan benar dalam dialek Quraisy. Inilah yang mendorong munculnya variasi bacaan.
- Ketidakpastian dalam Tulisan Arab Awal: Pada masa awal Islam, tulisan Arab belum sepenuhnya terstandarisasi. Hal ini memungkinkan adanya berbagai cara untuk menulis kata-kata Arab. Ketika teks-teks al-Quran pertama kali ditulis, ada beberapa variasi dalam penulisan kata-kata, yang kemudian mempengaruhi cara membacanya.
- Perbedaan dalam Pembacaan Asli: Ada beberapa kasus di mana Nabi Muhammad menerima wahyu al-Quran dalam dua bentuk atau lebih, memberikan variasi dalam teks itu sendiri. Contohnya adalah surat al-Qalam (Surat 68) yang diwahyukan dalam dua bentuk. Ini juga mempengaruhi bacaan yang berbeda.
- Penyebaran Islam: Seiring dengan penyebaran Islam ke berbagai wilayah di seluruh dunia, berbagai masyarakat Muslim mengembangkan cara-cara mereka sendiri untuk membaca al-Quran. Ini menciptakan variasi dalam pengucapan dan bacaan.
- Perkembangan Ilmu Tajwid: Para ulama Islam awal yang mendalami ilmu Tajwid (ilmu tentang cara membaca al-Quran dengan benar) juga memberikan kontribusi terhadap perbedaan dalam Qiraat. Mereka mengidentifikasi aturan tajwid yang berbeda berdasarkan dialek dan konteks linguistik tertentu.
- Kepentingan Pemeliharaan Teks Al-Quran: Untuk memastikan kesucian dan keaslian teks al-Quran, para ulama bekerja keras dalam memelihara berbagai bacaan yang berbeda. Inilah yang akhirnya menghasilkan sistem Qiraat Sab’ah (tujuh bacaan) dan kemudian Qira’at Asyrah (sepuluh bacaan) yang diakui dan diajarkan secara luas di dunia Muslim.
Dengan kata lain, perbedaan dalam qiraat al-Quran muncul karena kombinasi faktor linguistik, sejarah, dan kultural yang berkaitan dengan perkembangan awal Islam dan penyebarannya ke seluruh dunia. Meskipun perbedaan ini ada, kesucian dan makna al-Quran tetap terjaga dalam berbagai bacaan yang diakui dalam tradisi Islam.
Dalam konteks dakwah, perbedaan qiraat tidak boleh menjadi sumber konflik atau perpecahan. Sebaliknya, harus menjadi alat untuk memperkaya pemahaman dan penerimaan al-Quran.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjembatani perbedaan dalam dakwah:
- Pendidikan: Dai harus secara sistematis mempelajari berbagai Qiraat dan memahami perbedaan mereka. Ini memungkinkan mereka untuk memberikan pengajaran yang akurat dan komprehensif.
- Konteks: Ketika berdakwah dai harus memahami konteks dan kebutuhan pendengar mereka. Mereka dapat memilih Qiraat yang paling relevan dan efektif dalam situasi tertentu.
- Promosi Toleransi: Dai harus mempromosikan toleransi terhadap perbedaan dalam Qiraat dan mendorong umat Islam untuk menghormati variasi ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Islam.
- Kolaborasi: Dai dapat bekerja sama dengan para ulama dan pakar Qiraat untuk mengembangkan materi dakwah yang lebih baik dan lebih inklusif.
Dalam kesimpulannya, perbedaan dalam Qiraat Al-Quran adalah bagian penting dari warisan budaya Islam dan dapat menjadi ladang yang subur dalam dakwah. Memahami variasi ini membuka pintu untuk komunikasi yang lebih baik dengan berbagai komunitas Muslim dan memperkaya penghayatan terhadap Al-Quran.
Penting bagi para dai untuk menjalankan dakwah dengan pemahaman yang mendalam tentang perbedaan Qiraat dan untuk menggunakan pengetahuan ini sebagai alat untuk menyebarkan ajaran Islam yang benar dan bersatu. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni