
Perbedaan Qiraat sebagai Ladang Dakwah; Perbedaan Qira’at sebagai Jembatan Pembuka Cakrawala Sains Oleh Abdul Qudus Al Faruq; Mahasiswa S1 Unida Gontor Jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir
Tarjihjatim.pwmu.co – Al-Quran adalah kitab suci dalam Islam yang dianggap sebagai pedoman utama bagi umat Muslim. Dalam sejarah Islam, ada berbagai cara berbeda untuk membaca dan mengucapkan al-Quran yang dikenal sebagai qiraat.
Perbedaan qiraat ini, bukan hanya menjadi aspek penting dalam pengkajian tajwid dan ilmu Al-Quran, tetapi juga menjadi ladang yang subur dalam dakwah Islam. Dalam esai ini, kita akan menjelajahi perbedaan qiraatsebagai ladang dakwah dalam Islam, bagaimana perbedaan ini memengaruhi umat Muslim, dan mengapa penting untuk memahami variasi bacaan Al-Quran ini dalam konteks dakwah.
Qiraat secara harfiah diambil dari bahasa arab yang berarti bacaan. Sebagaimana istilah Qiraat ini digunakan untuk menunjukkan bagaimana cara membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat di dalam al-Qur’an melalui Riwayat imam-imam yang terpilih secara selektif. Daripada hal tersebut kemudian menjadikan al-Qur’an terjaga di setiap zaman maupun kondisi. Adapun imam-imam yang dinilai bacaan sanadnya sampai kepada Rasul adalah sebagai berikut:
No | Imam/Qari | Negeri | 2 Murid (Rowi) |
1 | Nafi’ (Wafat 169 H) | Madinah | QalunWarasy |
2 | Ibnu Katsir (Wafat 120 H) | Mekkah | Al BazziQunbul |
3 | Abu ‘Amru (Wafat 154 H) | Basrah | Ad DuriAs Susiy |
4 | Ibnu ‘Amir (Wafat 118 H) | Damasykus | HisyamIbnu Dzakwan |
5 | ‘Asim (Wafat 127 H) | Kufah | Syu’bahHafdz |
6 | Hamzah (Wafat 156 H) | Kufah | KholafKholad |
7 | Kasaiy (Wafat 189 H) | Kufah | Abu Al HaritsAd Duri |
8 | Abu Ja’far (Wafat 130 H) | Madinah | Ibnu WirdanIbnu Jammaz |
9 | Ya’qub (Wafat 205 H) | Basrah | RuwaisRouh |
10 | Kholaf (Wafat 229 H) | Kufah | IshaqIdris |
Mungkin kita tidak asing mendengar sebutan riwayat Hafdz ‘an ‘Asim dari beberapa pengajar al-Qur’an. Sebagaimana negara Indonesia menggunakan bacaan riwayat Imam Hafdz Qiraah daripada Imam ‘Asim, hal ini menjelaskan bahwasanya dahulu terdapat 10 imam memiliki bacaan al-Qur’an yang memiliki sanad sampai pada rasul dan bacaannya pun dinilai banyak yang mengetahuinya disebut qiraah Mutawatirah.
Pangkalnya adalah satu imam misalkan pada tabel ke-5 yaitu Imam ‘Asim memiliki banyak murid di zamannya, tetapi diambil 2 murid yang meriwayatkan bacaannya daripada kalangan murid yang memiliki hafalan bagus serta kualitas bacaan yang dirasa oleh guru lebih unggul dari yang lain.
Baca sambungan di halaman 2: Mengapa Terjadi Perbedaan Bacaan