
Cara Memperlakukan Lanjut Usia
Mereka yang lanjut usia adalah orang-orang yang telah selesai menikmati kehidupan, mereka sedang menunggu saatnya kembali kepada Pemiliknya. Mereka hidup di antara kenangan masa lalu yang semakin menjauhinya dan harapan masa depan yang segera akan menemuinya, namun bisa jadi harapan itu juga tidak akan didapati. Mereka sekarang ada, tetapi sebentar lagi akan menjadi tidak ada.
Kadang mereka seolah-olah tidur, namun hakikatnya masih terjaga. Terkadang mereka tertawa, namun bukan karena bahagia. Mereka membutuhkan uluran tangan dari orang-orang yang masih muda agar mereka tetap dapat menikmati hari-hari dan malam-malam dengan bahagia. Melalui kepedulian kita yang masih muda, mereka ingin agar dapat mengakhiri lembaran kehidupannya dengan tenang dan ridha, agar kita tidak menyesal jika mereka telah pergi sementara kita belum berbuat untuk mereka.
Meski sudah lanjut usia, mereka tetap ingin berperan dalam kehidupan, minimal dalam rumah. Tetapi karena kekuatan badan mereka sudah berkurang, maka mereka perlu bantuan orang lain agar mereka tetap dapat berperan dan menikmati perannya. Terkadang mereka hanya ingin bantuan dari kita berupa bisikan kata-kata yang indah pada telinganya. Mereka sudah pasti orang yang lebih dekat kepada Allah, keberadaan orang tua kita yang lanjut usia adalah berkah, doa mereka mudah dikabulkan oleh Allah. Maka hendaknya kita berupaya memanfaatkan kesempatan ini sebelum terlambat. Di antara tuntunan al-Quran dan al-Hadits yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut:
1. Memuliakan mereka yang lanjut usia. Dalil-dalil terkait dengan hal ini diantaranya:
“إمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ ولا تَنْهَرْهُمَا وقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً” ﴿الإسراء:23﴾
Artinya: “Jika salah satu seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (al-Israa’ 23).
“قَالَتَا لا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ” ﴿القصص:23﴾
Artinya: “Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya” (al-Qoshosh 23).
“ليس منا من لم يرحم صغيرنا ويعرف شرف كبيرنا” (رواه الترمذي)
Artinya: “Bukanlah termasuk golongan kami, orang yang tidak menyayangi anak kecil dan tidak menghormati orang yang dituakan diantara kami.” (HR At-Tirmidzi)
“إن من إجلال الله تعالى إكرام ذي الشيبة المسلم …” (رواه أبو داود)
Artinya: “Termasuk dari keagungan Allah adalah dimuliakannya seorang muslim yang telah beruban.” (HR Abu Dawud)
2. Mengakui peran dan prestasi mereka yang lanjut usia. Mereka yang telah lanjut usia adalah orang-orang yang pernah muda dan memiliki prestasi dan karya, bahkan mereka memiliki pengalaman, hikmah, keteladanan, ilmu, dan juga akhlak. Mereka adalah sejarah yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi generasi sekarang, baik yang positif maupun negatif. Al-Quran memerintahkan untuk mengakui dan mengingat-ingat peran dan prestasi mereka. Allah berfirman:
“ولا تَنسَوُا الفَضْلَ بَيْنَكُمْ” ﴿البقرة: 237﴾
Artinya: “Dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu” (al–Baqarah 237).
Potongan ayat di atas secara khusus memang berbicara tentang masalah cerai. Meski seorang istri sudah diceraikan oleh suaminya, harus tetap menjaga kebaikan, jangan ada saling menjelek-jelekkan dan membuka aib, dan harus tetap ingat masing-masing memiliki kebaikan. Namun makna dari ayat tersebut secara umum dapat diterapkan dalam berbagai kondisi. Bahkan ulama menjadikan potongan ayat di atas sebagai kaidah untuk menyelesaikan berbagai persoalan, termasuk dalam hal ini adalah memperlakukan mereka yang lanjut usia.
3. Memperlakukan mereka dengan sebaik-baiknya. Perlakukan orang lain terhadap diri kita hakikatnya adalah balasan atas perilaku kita sendiri. Apabila kita baik dalam memperlakukan orang lain, maka kebaikan itu akan kita rasakan. Namun jika kita sering mempersulit orang lain, maka yakinlah kita akan mendapatkan kesulitan. Salah seorang ulama bernama Abu Qilabah pernah berkata:
“البر لا يبلى والذنب لا ينسى والديان لا يموت، اعمل ما شئت كما تدين تدان”
Artinya: “Kebaikan itu tidak akan pernah using, dosa tidak akan pernah terlupakan, dan Allah yang Maha membalas tidak akan mati. Lakukanlah apa yang engkau suka. Sebagaimana engkau berperilaku, maka demikianlah balasan yang akan engkau rasakan”.
4. Tetap berbakti kepada orang tua, meskipun mereka sudah wafat sekalipun. Berbakti kepada orang tua tidak terbatas saat mereka masih hidup, namun setelah wafat pun manusia tetap wajib berbakti kepada mereka. Salah seorang sahabat bertanya tentang hal ini:
“هل بقي من بر أبويّ شىء أبرهما به بعد وفاتهما؟ فقال: نعم الصلاة عليهما (أي الدعاء لهما) والاستغفار لهما وإنفاذ عهدهما (وصية) وصلة الرحم التي لا توصل إلا بهما، وإكرام صديقهما” (رواه أبو داود)
Artinya: “Adakah kebaikan yang masih tersisa yang bisa kami lakukan sepeninggal mati kedua orang tua kami? Rasul menjawab: ya, sholat (berdoa atas kedua), beristighfar/memohon ampunan untuk keduanya, menunaikan janji keduanya, menyambungkan silaturahim yang biasa keduanya lakukan dan menghormati/memulyakan teman/shahabat keduanya” (HR Abu Daud).
Baca sambungan di halaman 5: Penutup