
Usia Lanjut Hambatan untuk Berkarya
Terkait dengan hal ini, Allah swt. berfirman:
“اِنْفِرُوْا خِفَافًا وَّثِقَالًا وَّجَاهِدُوْا بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ” ﴿التوبة:41﴾
Artinya: “Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (at-taubah 41).
Secara umum, ayat di atas berbicara tentang perintah untuk berjihad, baik dalam kondisi ringan maupun berat. Pengertian jihad di dalam Islam dibagi menjadi dua; pengertian khusus dan umum. Secara khusus, jihad berarti berperang berhadapan dengan musuh yang memusuhi Islam. Adapun pengertian jihad secara umum, mencakup segala usaha yang dapat mengantarkan manusia dapat berpihak atau mencintai al-Haq dan menjauhkannya dari hal-hal yang bertentangan dengan al-Haq.
Dengan kata lain, jihad dalam pengertian umum adalah bersungguh-sungguh untuk mendapatkan hal-hal yang dicintai oleh Allah seperti iman dan amal saleh, dan untuk menjauhi hal-hal yang dibenci oleh Allah seperti kufur dan kemaksisatan. Dengan pengertian umum seperti ini, maka segala aktivitas kebaikan manusia masuk dalam kategori jihad di jalan Allah.
Inspirasi dari sahabat Abu Ayub al-Anshari:
Terkait dengan ayat tersebut di atas, patut kita baca kembali kisah seorang sahabat senior bernama Abu Ayub al-Anshari. Sesampainya Rasulullah SAW di kota Madinah saat hijrah, hampir semua sahabat Anshar mempersiapkan diri dan berharap agar dapat disinggahi oleh Rasulullah. Bahkan ketika kendaraan/ onta yang dinaiki oleh Rasulullah melewati perkampungan Bani Salim, mereka menghadang dan berusaha memberhentikan Rasulullah, demikian halnya ketika melewati perkampungan Bani Saidah.
Namun Rasulullah ingin agar tidak ada sahabat yang kecewa jika rumahnya tidak terpilih menjadi tempat singgahnya sebelum selesai membangun Masjid Nabawi dan kamar beliau. Kemudian Rasulullah menentukan tempat singgahnya dengan cara membiarkan onta terus berjalan sampai berhenti dengan sendirinya, maka di tempat berhenti onta itulah tempat singgah Rasulullah SAW Ternyata yang terpilih dan mendapat kehormatan adalah rumah Abu Ayub al-Anshari.
Abu Ayub al-Anshari termasuk sahabat yang dikaruniai oleh Allah umur panjang. Dia hidup di masa Rasulullah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, hingga Usman bin Affan. Dengan demikian, hampir seluruh peperangan di setiap zaman selalu diikuti olehnya. Dia adalah veteran perang Badar, Uhud, Khandaq dan peperangan yang lain. Abu Ayyub mengisi hidupnya dengan jihad di jalan Allah.
Jihad terakhir yang dia ikuti adalah saat Muawiyah menyiapkan pasukan untuk menaklukkan Konstantinopel. Saat itu, Abu Ayub sudah menginjak usia 80 tahun. Sebelum berangkat, Abu Ayub minta izin kepada anak-anaknya, dan mereka berusaha melarangnya karena sudah banyak peperangan yang diikutinya, namun Abu Ayub tidak bergeming, seraya dia membaca ayat di atas yang sudah menjadi syi’ar dalam hidupnya dan mengatakan kepada anak-anaknya, “Kalua kalian ikut berperang dalam kondisi ringan, maka saya dalam kondisi berat,” Beliau wafat dalam peperangan tersebut pada tahun 50 H dan dimakamkan di dekat benteng Konstantinopel, sebagaimana pesannya sebelum wafat, yang sekarang adalah kota Istambul, Turki.
Kisah Abu Ayub ini menginspirasi kita semua, terutama konsistensinya dalam memegang prinsip-prinsip Islam. Barangkali sikap konsisten ini adalah merupakan buah dari pembinaan yang dilakukan oleh Rasulullah kepada para sahabat. Seharusnya sistem pendidikan Islam dapat menciptakan pribadi-pribadi yang konsisten dalam memegang prinsip seperti Abu Ayub dan juga para sahabat yang lain, mereka tak lapuk karena hujan dan tak lekang karena panas.
Banyaknya usia tidak menghalangi mereka untuk tetap berada pada garis perjuangan, meskipun dilarang oleh anak-anaknya, tepat kokoh niatnya untuk berjihad. Demikian juga banyaknya prestasi yang pernah ditorehkan dalam perjuangan bersama Rasulullah dan para khulafaur rasyidin tidak membuat Abu Ayub sombong dan jumawah, melainkan semakin tunduk dan merasa belum cukup bekal untuk menghadap Allah swt., dia masih perlu terus berbekal diri, jangan sampai ketinggalan dari setiap langkah perjuangan.
Strategi untuk tetap berkarya:
Fenomena dalam kehidupan kita saat ini, banyak orang-orang yang sudah merasa cukup dengan prestasi yang pernah ditorehkan semasa muda, mereka merasa sudah cukup dan tidak perlu lagi berjuang saat usia sudah tua. Bahkan banyak orang-orang yang ketika usia lanjut meminta dispensasi atau keringanan dari perjuangan, padahal sudah jelas ayat di atas tidak ada dispensasi dalam perjuangan.
Perjuangan tetap harus ditegakkan sampai kapan pun dan dalam kondisi apa pun, baik dalam kondisi ringan maupun berat, pada usia muda maupun sudah tua. Prinsip Abu Ayub al-Anshari sungguh sangat luar biasa, dia memahami ayat tersebut bahwa berjihad diusia muda itu masuk dalam kondisi ringan, sementara jihad di usia tua itu masuk kondisi berat, namun keduanya tetap harus dilaksanakan.
Sistem pendidikan Islam perlu difokuskan untuk dapat menciptakan generasi yang konsisten dan komitmen dengan al-Haq. Generasi yang terus menerus bekerja untuk Islam kapan pun dan di mana pun. Generasi yang selalu berjihad dalam arti yang luas hingga akhir kehidupannya. Sistem pendidikan Islam yang diterapkan di beberapa pesantren modern sepertinya dapat menjadi harapan akan munculnya generasi tersebut.
Terutama pesantren yang mendasari pendidikannya dengan al-Quran dan bahasa Arab sebagai media untuk memahami al-Quran. Lembaga-lembaga pendidikan yang berbasis al-Quran ini perlu didukung dan dikembangkan, karena memang tidak ada acara lain untuk menyelesaikan problem kehidupan ini kecuali dengan al-Quran dan kembali kepada al-Quran.
Sudah barang tentu ayat di atas seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua untuk berbenah diri dan menjadi sadar hingga terus berjuang sampai kapan pun. Masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terkait dengan umur yang diberikan kepada kita.
Disamping itu, ayat tersebut juga seharusnya menyadarkan kita untuk selalu mengembangkan sistem pendidikan dan pembinaan generasi muda yang akan menjadi pengganti kita semua. Semoga usia yang diberikan oleh Allah kepada kita menjadi berkah, dengan senantiasa digunakan hanya untuk kebaikan.
Dalam kondisi usia yang sudah tidak muda sekalipun, seharusnya kita tetap bisa aktif dalam dalam perjuangan, melaksanakan berbagai amal kebaikan untuk menambah bekal untuk rangkaian kehidupan berikutnya, yaitu kehidupan akhirat.
Baca sambungan di halaman 4: Cara Memperlakukan Lanjut Usia