Membuat Usia Lanjut Tetap Produktif
Terkait dengan hal ini, Allah swt. berfirman:
“اللهُ الذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً، ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ، وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ” ﴿ الروم:54﴾.
Artinya: “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahaperkasa” (ar-Rum54).
“هُوَ الذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُّمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلاً ثُمَّ لِتَبْلُغُوْا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُوْنُوْا شُيُوْخًا” ﴿غافر:67﴾.
Artinya: “Dialah yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu dari segumpal darah, kemudian kamu dilahirkan sebagai seorang anak, kemudian dibiarkan kamu sampai dewasa, lalu menjadi tua .”(Ghafir 67).
Usia lanjut atau masa tua adalah tahapan yang paling akhir dari sekian tahapan kehidupan manusia di dunia ini. Sebagai Muslim yang meyakini bahwa kehidupan dunia ini masih terkait dengan kehidupan setelahnya yaitu kehidupan akhirat kelak, hendaknya dapat mempertahankan kebaikan-kebaikannya di usia lanjut hingga dapat menyudahi kehidupannya di dunia ini dengan baik pula, atau yang biasa disebut dengan husnul khatimah.
Husnul khatimah atau dapat mengakhiri kehidupan dengan baik di dunia ini bukanlah hal yang sulit dan tidak pula hal yang mustahil bagi manusia. Kunci utama untuk dapat mempertahankan kebaikan-kebaikan selama hidup hingga akhir ada pada keyakinan dan orientasi dalam kehidupan ini. Keyakinan yang prinsip dalam Islam adalah keyakinan terhadap hakikat bahwa kehidupan dunia ini adalah merupakan rangkaian cerita yang belum selesai. Cerita hidup ini masih akan berlanjut pada cerita berikutnya dalam episode kehidupan yang lain.
Hal ini yang membedakan antara nilai-nilai Islam dan yang bukan Islam seperti paham anti-Tuhan. Orang ateis menganggap kehidupan ini akan berakhir dengan kehidupan dunia ini saja, sementara Islam mengaitkan dunia ini dengan kehidupan akhirat, dan merupakan rangkaian yang tidak bisa terpisahkan. Dunia, dalam pemahaman kaum muslimin adalah merupakan ladang untuk akhirat nanti.
Rangkaian cerita hidup di dunia ini sangat terkait dengan perjalanan cerita kehidupan berikutnya. Karena itu, barang siapa yang memiliki keyakinan akan hal ini, maka dia tidak akan menyia-nyiakan hidupnya di dunia ini, dia akan tetap melakukan kebaikan hingga akhir ceritanya di dunia. Ritme kehidupan di usia tua tetap terjaga sebagaimana sebelumnya, tetap maksimal dalam memanfaatkan kesempatan bahkan tetap produktif meskipun nilai produktivitasnya tidak sama dengan usia-usia sebelumnya.
Usia umat Nabi Muhammad SAW rata-rata berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Hal ini didasarkan kepada beberapa hadis dari Nabi Muhammad saw., diantaranya riwayat Imam Tirmidzi, beliau bersabda:
“أعمار أمتي ما بين الستين إلى السبعين، وأقلهم من يجوز ذلك”. (أخرجه ابن حبان في صحيحه، وصححه الحاكم)
Artinya: “Usia umatku antara 60 hingga 70 tahun, sedikit diantara mereka yang melebihi batas itu.” (HR Ibnu Hibban dan Hakim).
Berdasarkan hadis tersebut, maka manusia yang sampai pada usia tua adalah mereka yang usianya melebihi kisaran rata-rata usia umat nabi Muhammad SAW. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam ayat yang lain:
“… Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya…” (al Hajj:5).
Pada usia tua ini, kekuatan manusia menurun dan melemah tidak seperti pada usia sebelumnya. Pada usia ini, manusia kembali banyak membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebagaimana saat masih bayi. Ketika sampai pada usia seperti ini, banyak manusia yang menyesal, utamanya bagi mereka yang tidak mempersiapkannya dengan baik. Penyesalan manusia ketika sampai pada usia yang penuh dengan kelemahan ini sudah menjadi fenomena kebanyakan manusia, hingga seorang penyair Arab menyenandungkan puisinya:
Seandainya usia muda itu suatu hari dapat kembali lagi, maka akan saya beritahu penyesalan orang yang lanjut usia
Al-Quran al-Karim, sangat banyak mengingatkan manusia akan pertingnya manusia mempersiapkan kehidupan pada usia lanjut. Diantara bertuk perhatiannya, al-Quran membahas tema ini pada berbagai ayat di dalamnya, bahkan dengan menggunakan redaksi yang beragam pula, diantaranya dengan istilah al-kibar (al-Baqarah 266), al-‘ajz (adz-Dzariyat 29), ardzal al-‘umur (al-Hajj:5), mu’ammar (Fathir 11), as-syaibah, dan ald-dla’f (ar-Rum 54).
Sebagai Muslim yang berusia lanjut, harus bersyukur kepada Allah SWT, karena Dia telah memberinya usia yang panjang. Di antara bentuk kesyukuran tersebut hendaknya tetap dapat mempertahankan seluruh kebaikan yang telah menjadi kebiasaannya, karena ukuran kesuksesan seseorang dalam kehidupan ini bukanlah panjangnya usia, namun ukurannya adalah baiknya amal perbuatan. Demikianlah sabda baginda nabi Muhammad saw.:
“خير الناس من طَال عُمُرُه، وحَسُنَ عَمَلُهُ” (رواه الترمذي وأحمد والدارمي).
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang diberi usia panjang dan baik amal perbuatannya.” (HR Tirmidzi, Ahmad dan ad-Darimi).
Untuk menjaga kesinambungan kebaikan hingga usia lanjut dan produktivitas kebaikan tetap terjaga memang tidak mudah. Menurut ilmu kesehatan, ada beberapa tips agar dalam usia lanjut seseorang tetap dalam keadaan sehat sehingga produktivitas amal kebaikan masih terjaga, di antaranya dengan:
(1) menjaga tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi makan dan minum, (2) menjaga kebiasaan berolahraga fisik, dan sebaik-baik olahraga bagi orang yang lanjut usia adalah berjalan, dan berjalan yang paling baik adalah berjalan ke masjid, (3) menjaga kebiasaan berolahraga fikir, dengan tetap berpikir, membaca dan menghafal, dan objek yang terbaik dari ketiganya adalah al-Quran, (4) tidak mengonsumsi rokok dan minuman beralkohol, (5) istirahat yang cukup sesuai dengan kebutuhan fisik.
Baca sambungan di halaman 3: Usia Lanjut Hambatan untuk Berkarya