Sifat Wasathiyah Islam
Islam itu sendiri agama tengahan, adil, dan seimbang. Tengahan dalam apa saja, sistem, pemikiran, perbuatan, umat, dan dakwah. Menurut Yusuf Qaradhawi, wasathiah Islam itu tercermin dalam sistem ajarannya yang meliputi akidah, ibadah, akhlak, dan sistem sosial.
Pertama, dalam bidang akidah, Islam menawarkan ajaran iman-tauhid, berdasarkan dalil qathí dan pembuktian. Akidah ini berada di posisi tengah antara akidah kaum kafir ateistik dan kaum musyrikin.
Kedua, dalam bidang peribadatan, Islam menawarkan ibadah yang sesuai dengan firtrah manusia. Hal ini berdeda dengan sistem kepercayaan atau agama lain yang satu terlalu tenggelam dalam peribadatan, sedangkan yang lain cenderung menmaterial.
Ketiga, dalam bidang akhlak, Islam memandang manusia dalam posisi baik dan buruk. Hal ini bertentangan dengan dua pandangan filsafat, yang satu memandang manusia selalu negatif, sedangkan yang lain memandang manusia selalu positif.
Keempat, dalam sistem dan aturan kehidupan sosial, Islam mengambil jalan tengah antara ajaran sosial Yahudi dan Nasrani. Dalam masalah halal-haram misalnya, Yahudi cenderung banyak pengharaman, sementara Nasrani cenderung banyak menghalalkan. Yang halal diharamkan dan yang haram dihalalkan.
Kelima, Islam juga mengembil posisi tengahan antara materi dan immateri, dunia dan akhirat, lahir dan batin, ghaib dan syahadah, serta individu dan kelompok.
Sebagai cerminan dari ajaran Islam tengahan, maka Allah menjadikan umat Muslimin sebagai umat tengahan (ummat wasatha). Hanyalah umat yang begini kelak Allah menjadikannya sebagai syuhada’ála al-nas.
Allah berfirman: “Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (al-Baqarah: 143).
Baca sambungan di halaman 3: Wasathiyah dalam Muhammadiyah