Mertua Konflik dengan Adik-adiknya, Saya Bingung Bersikap; Tanya jawab agama diasuh oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Tarjihjatim.pwmu.co – Saya seorang ibu rumah tangga yang dikaruniai dua orang putra. Alhamdulillah rumah tangga saya selama ini tidak ada masalah. Walaupun ada masalah pun cuma kami anggap sebagai bumbu cinta kami dan kami pasti bisa melaluinya.
Hubungan saya dengan orang tua dan mertua pun juga baik. Suami saya mempunyai seorang adik laki-laki. Hubungan kami juga cukup baik. Sebenarnya dari saya dan suami tidak ada masalah dengan siapa pun. Karena kami mempunyai prinsip untuk menjaga silaturahmi yang baik dengan keluarga maupun dengan orang lain.
Dalam hal ini sebenarnya yang mempunyai masalah adalah ibu mertua saya berseteru dengan saudara-saudaranya. Tidak usah saya ceritakan apa permasalahannya. Yang sampai pada akhirnya permasalahan tersebut mengakibatkan ibu mertua saya dimusuhi oleh ketujuh adiknya.Ibu mertua saya anak pertama.
Tidak ada seorang pun dari adiknya yang memihak ke ibu mertua saya. Ketujuh adiknya kontra pada ibu mertua saya. Dalam hal ini saya dan suami bersifat netral. Tidak memihak siapa pun.
Kami ingin menjadi pendamai antara ibu mertua saya dengan ketujuh adiknya. Kami juga tidak ingin memutuskan tali silaturahmi dengan ketujuh adik ibu mertua, karena kami berpegang teguh pada ajaran agama bahwa memutuskan silaturahmi adalah hal yang dibenci Allah. Kami tidak menginginkan itu dan tidak mau keluarga kami menjadi pecah.
Tapi keinginan kami ditentang keras oleh ibu mertua saya. Ibu mertua saya memaksa kami untuk memutuskan silaturahmi dengan ketujuh adiknya, karena adik dari suami saya pun juga mendukung keinginan ibu mertua membela habis-habisan ibu mertua saya dengan menuruti perintah ibu mertua untuk memutuskan sulaturahmi dengan ketujuh adik ibu mertua.
Suami saya dimarahi habis-habisan oleh ibu mertua saya. Dianggap anak tidak berbakti. Tapi kami hanya diam walaupun dimaki dan dianggap tidak berbakti, karena kami tidak mau membantah dan tidak mau membikin hati ibu menangis. Kami bingung, dalam hati kami menangis. Hanya bisa menangis.
Mohon pencerahannya, apa yang harus kami lakukan sebagai anak, apakah kami harus menuruti perintah ibu kami untuk memutuskan silaturahmi dengan keluarga kami atau kami tetap menjalin silaturhmi dengan keluarga dengan resiko akan mendapat marah dari ibu kami? Karena kami juga tidak mau durhaka kepada ibu kami. Mohon pencerahannya, apabila ada solusi yang tepat untuk permasalahan yang kami hadapi.
Terima kasih.
Jawaban
Ketaatan kepada orang tua adalah keniscayaan. Ridha Allah bergantung pada ridha orang tua, demikian sebaliknya, murka Allah juga bergantung pada murka orang tua. Itu dalam batas orang tua tidak melanggar syariat Islam.
Namun jika terindikasi adanya pelanggaran terhadap syariat maka tidak ada lagi ketaatan, bukan hanya kepada orang tua, sampai pun terhadap ulil amri juga demikian. Sebagaimana bimbingan Allah SWT dalam surat al-Ankabut: 8. Nah perintah ibu kepada Anda jelas sudah keluar dari syari’at Islam. Sungguh besar dosa orang yang memutuskan silaturahmi, apalagi terhadap kerabatnya sendiri. Ancamannya adalah terjerumus dalam neraka.
Dengan demikian sikap Anda untuk tidak memutuskan silaturahim dengan saudara-saudara ibu cukup jelas, namun lebih elegan jika dibarengi dengan bijak. Maksudnya, sampaikan kepada saudara ibu bahwa Anda akan tetap menjaga silaturahmi, namun jagalah jarak seakan Anda jauh dari saudara orang tua dan jelaskan sikap Anda kepada mereka agar tidak salah persepsi.
Kemudian tugas mulia Anda adalah bagaimana mencari solusi agar ibu akrab kembali dengan saudara-saudaranya. Tuntu ada akar masalahnya, sayangnya saya tidak mendapatkan informasi yang detail, berawal dari poin inilah dicarikan jalan keluarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni