Isi Kandungan Surat Yusuf
Adapun isi kandungan kisah Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf dalam al-Qur’an ditinjau dari sisi psikologi komunikasi adalah sebagai berikut:
No | Surat | Ayat | Isi Kandungan Ayat |
1 | Yusuf | 4-6 | Dialog Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf tentang mimpi |
2 | 11-14 | Dialog Nabi Ya’qub dengan anak-anaknya tentang rencana pembunuhan Nabi Yusuf | |
3 | 16-18 | Dialog Nabi Ya’qub sengan anak-anaknya tentang manipulasi pembunuhan terhadap Nabi Yusuf | |
4 | 58-62 | Dialog Nabi Yusuf dengan saudaranya di Mesir kali pertama | |
5 | 63-67 | Dialog Nabi Ya’qub dengan anak-anaknya tentang permintaan Nabi Yusuf untuk membawa Bunyamin ke Mesir | |
6 | 68-80 | Kejadian penawanan Bunyamin | |
7 | 81-88 | Dialog saudara Nabi Yusuf dengan Nabi Ya’qub akan penawanan Bunyamin oleh Nabi Yusuf dan perintah Nabi Ya’qub untuk mencari informasi tentang Nabi Yusuf | |
8 | 93-101 | Penyembuhan Nabi Ya’qub akan efek psikosomatis yaitu buta dan pertemuan Nabi Yusuf dengan keluarganya, juga jawaban atas mimpi Nabi Yusuf ketika umur 12 tahun |
Dialog antara Nabi Ya’qub dan Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf ayat 4-5 menyoroti pentingnya komunikasi yang terbuka, pemahaman simbolik, perlindungan, dan tanggung jawab dalam hubungan keluarga.
Dapat kita perhatikan dalam dialognya menggunakan istilah ya abati untuk panggilan wahai ayahku dan ya bunaya untuk panggilan “wahai Anakku”. Panggilan tersebut memberikan pemahaman simbolik atas kedekatan antara ayah dan anak sehingga komunikasi yang terbuka dibangun secara mudah karena adanya kredibilitas dalam diri komunikator juga komunikan.
Hal ini seiring dengan pendapat para filsuf dan para mufasir yang bercorak psikologi bahwa faktor efektivitas pelaku komunikasi ditentukan pada kredibilitasnya. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate yang memiliki dua unsur yaitu expertise (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).
Sehingga upaya perlindungan dan bentuk tanggung jawab Nabi Ya’qub kepada Nabi Yusuf dibuktikan dengan kebijaksanaan Nabi Ya’qub dalam memberikan pemahaman mendalam terhadap simbol-simbol dalam mimpinya. Ini mencerminkan bagaimana pemahaman kontekstual dan simbolik dalam komunikasi dapat mencegah konflik dan menunjukkan kematangan komunikatif. Ini merupakan pelajaran berharga tentang bagaimana komunikasi yang bijaksana dan penuh pengertian dapat memperkuat ikatan keluarga dan mencegah potensi konflik.
Permisalan yang lain yaitu dalam dialog antara Nabi Ya’qub dengan saudara-saudara Nabi Yusuf pada ayat 11-18 akan kita dapati bagaimana sistem komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, psikologi komunikator, dan psikologi pesan berperan aktif secara bersamaan. Dari sisi Psikologi komunikasi dapat dijelaskan dalam beberapa aspek sebagai berikut:
Ekspresi emosi. Nabi Ya’qub mengungkapkan rasa cemas dan kekhawatirannya dengan jelas. Ini adalah contoh bagaimana ekspresi emosi dapat berperan dalam menyampaikan pesan secara efektif. Komunikasi yang dilandasi oleh ekspresi emosi yang tulus dapat membangun kedekatan emosional dan pemahaman yang lebih baik.
Pengelolaan konflik. Meskipun Nabi Ya’qub memiliki kekhawatiran yang besar terhadap keselamatan Nabi Yusuf, ia menyampaikan pesannya dengan cara yang tidak menimbulkan konflik langsung. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan konflik dapat dilakukan dengan bijaksana melalui komunikasi yang dipikirkan secara matang.
Komunikasi non-verbal. Selain kata-kata, komunikasi non-verbal juga memainkan peran penting. Misalnya, ungkapan wajah, nada suara, dan sikap tubuh Nabi Ya’qub dapat memberikan petunjuk tambahan tentang perasaan dan maksudnya, menambah kompleksitas komunikasi.
Empati dan pengertian. Nabi Ya’qub memperlihatkan tingkat empati dan pengertian terhadap situasi yang mungkin dihadapi oleh Nabi Yusuf. Komunikasi yang mengandung unsur empati dapat membantu dalam membuka jalan untuk pemahaman dan dukungan lebih lanjut.
Respek dalam komunikasi. Meskipun khawatir, Nabi Ya’qub tetap menyampaikan pesan dengan penuh rasa hormat kepada saudara-saudaranya. Ini menunjukkan pentingnya menjaga nilai-nilai komunikasi yang penuh dengan rasa hormat, bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun.
Dengan memahami aspek-aspek psikologi komunikasi dalam dialog ini, kita dapat belajar bahwa komunikasi yang efektif tidak hanya tentang apa yang dikatakan, tetapi juga bagaimana pesan tersebut disampaikan.
Dalam konteks ini, kebijaksanaan, empati, dan rasa hormat menjadi kunci penting dalam membangun hubungan yang sehat dan kuat antarindividu, bahkan di tengah tantangan dan ketidakpastian.
Baca sambungan di halaman 3: Hikmah Psikologi Komunikasi dalam Kisah Ya’qub dan Yusuf