
2. Iman Bukan Sekadar Keyakinan Hati
Namun ia harus disertai dengan amalan hati, diucapkan dengan lisan dan dilaksanakan dengan lisan dan anggota badan.
Keimanan yang hanya diyakini dalam hati adalah seperti keimanan iblis, sedang keimanan yang hanya diucapkan dengan lisan adalah keimanan orang munafik. Firman Allah, “Diantara manusia ada yang mengatakan :
“Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (al-Baqarah [2] : 8)
3. Iman Merupakan Dasar dan Asas Diterimanya Amalan Seseorang
Tanpa adanya keimanan yang benar, maka segala amal kebaikan, apapun bentuknya, tidak akan diterima oleh Allah. Allah berfirman,
“Maka barang siapa yang mengerjakan amal saleh, sedang ia beriman, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami menuliskan amalannya itu untuknya.” (al-Anbiya’ [21] : 94)
4. Iman Harus Utuh dan Sempurna
Iman harus utuh dan zempurna, tidak boleh sepotong-potong atau hanya menerima sebagian cabang iman dan menolak cabang iman lainnya.
Karena iman yang bersifat sepotong-sepotong dengan mengingkari sebagian yang lain tidak akan diterima. Firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan (keimanan kepada) rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan ‘Kami beriman kepada sebahagian dan kafir terhadap sebahagian yang lain’, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman atau kafir). Mereka itu sesungguhnya adalah orang-orang yang kafir sebenar-benar kekafiran. Dan kami telah mempersiapkan bagi orang-orang yang kafir adzab yang menghinakan.” (an-Nisa’ [4] : 150-151)
5. Iman Bertingkat-tingkat
Iman itu antara satu mukmin dengan mukmin yang lainnya bertingkat-tingkat.
Iman yang tertinggi adalah iman yang dimiliki oleh para nabi dan rasul ulul azmi, kemudian iman para nabi selain mereka. Diantara manusia selain mereka yang paling tinggi imannya adalah shahabat Abu Bakar Ash-shiddiq. Inilah kesepakatan para ulama Ahlus sunnah wal jama’ah. Allah berfirman, “Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan diantara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (Fathir [35] : 32)
6. Kata Iman Mencakup Seluruh Makna Dien
Dengan demikian, tidak ada perbedaan makna antara istilah iman dan Islam, ketika keduanya berada pada tempat (ayat atau hadits) yang berbeda.
Adapun jika keduanya berada dalam satu kalimat (ayat atau hadits), maka yang dimaksud dengan Islam adalah amalan-amalan lahir berupa ucapan dan perbuatan, sedang yang dimaksud dengan iman adalah amalan-amalan batin. Dalam hadits Jibril, Rasulullah menerangkan Islam adalah rukun Islam yang lima, sedangkan iman adalah rukun iman yang ke enam. Allah berfirman :
قَالَتِ ٱلۡأَعۡرَابُ ءَامَنَّاۖ قُل لَّمۡ تُؤۡمِنُواْ وَلَٰكِن قُولُوٓاْ أَسۡلَمۡنَا وَلَمَّا يَدۡخُلِ ٱلۡإِيمَٰنُ فِي قُلُوبِكُمۡۖ وَإِن تُطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتۡكُم مِّنۡ أَعۡمَٰلِكُمۡ شَيًۡٔاۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٞ رَّحِيمٌ
Orang-orang Arab Badui itu berkata : “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka) : “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah ‘Kami telah masuk Islam’, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Hujurat [49] : 14)
Terkait hal ini Imam Ibnu Quddamah mengutip surah al-Bayyinah ayat ke-5 yang artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Bersabda: “Iman ada 70 cabang lebih. Yang paling tinggi adalah syahadat dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.” (HR Muslim)
Rasulullah SAW bersabda: “Akan keluar dari neraka siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dan di dalam hatinya ada iman meskipun seberat butir gandum atau biji atau dzarrah.”(HR Al-Bukhari).
Inilah hakikat iman yang menjadi kebutuhan setiap insan, dan menjadi tolak ukur kebahagiaan seseorang baik di dunia maupun di akherat, semoga Kita senantiasa menjaga hati kita untuk selalu memiliki pancaran iman, dan tentunya hal itu membutuhkan ilmu, yang di benarkan hati setiap apa yang datang dari Allah dan Rosulnya, serta amal sebagai konsekuensi dari pembenaran iman. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni