
Meneladan Nabi: Empat Kewajiban Majikan pada Pembantu; Tanya jawab agama diasuh oleh Dr Zainuddin MZ Lc MA, Ketua Lajnah Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Tarjihjatim.pwmu.co – Ustadz, bagaimana unggah-ungguh seorang majikan terhadap pembantunya seperti yang saya dengar Rasulullah SAW memperlakukan kepada Anas bin Malik sebagai khadam-nya?
Mengingat pembantu saya gonta-ganti tidak kerasan, padahal saya sudah memperlakukan dengan baik, namun keberadaan saudara saya yang sering merepotkan dia? Tips-tips apa yang dapat diteladani dari sikap Nabi terhadap pembantu? Mohon pencerahannya, Ustadz.
Jawaban
Islam tidak mengenal kasta, semua makhluk di hadapan Allah subhanahu wa taala derajatnya sama. Yang membedakan adalah aspek ketakwaan. Sebagaimana dimaklumi, ketakwaan merupakan refleksi dari keimanan seseorang terhadap ajaran Islam. Kita tidak akan dapat mengukur keimanan seseorang.
Menurut hadits Rasulullah SAW boleh jadi di waktu malam iman seseorang kuat, ibadahnya masyaallah, namun di waktu siang imannya sangat lemah, ia terpuruk dalam kemaksiatan, atau sebaliknya, naudzubillah.
Itulah iman yang kadang bertambah dan kadang berkurang. Nah untuk memupuk keimanan dibutuhkan ketaatan dalam menjalankan syariat Islam. Salah satunya adalah terkait dengan interaksi sosial, yakni bagaimana ber-mu’amalah dengan para pembantu.
Perilaku Rasulullah SAW terhadap Anas bin Malik RA sebagai pembantunya perlu diteladani oleh para majikan. Ketika Nabi SAW hijrah dari kota Mekah menuju Madinah Munawarah, masyarakat baik yang tua maupun yang muda sangat mengharapkan bisa hidup berdampingan dengan beliau. Sedemikian pula Anas bin Malik yang waktu itu usianya masih relatif kecil juga merindukan hidup bersama beliau.
Anas bin Malik lahir pada tahun 612 M, sementara kehadiran Nabi di Kota Madinah pada tahun 624 M, dengan demikian usia Anas bin Malik pada waktu itu sekitar 12 tahun.
Kehadiran Rasulullah di Kota Madinah memang telah lama diharapkan oleh komunitas, lantaran keyakinan mereka hanya Nabi yang dapat mendamaikan mereka yang sering terjadi pertikaian antarsuku, khususnya antara suku Aus dan Khadraj. Itulah sebabnya, ketika Nabi hadir di kalangan mereka, para penduduk setempat berlomba-lomba untuk memberikan cenderamata kepada beliau.
Humaisha’ binti Milhan, ibu Anas bin Malik pun tidak ketinggalan. Belum genap sehari kehadiran Rasulullah di Kota Madinah, ia membawa putranya (Anas bin Malik) untuk menghadap kepada Nabi. Anas pun berjalan di depannya dengan meloncat-loncat kegirangan dan kuncirnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Lalu di hadapan Nabi SAW ibunya berkata: Wahai Rasulullah, semua golongan Anshar telah memberimu hadiah, namun aku tidak mempunyai sesuatu yang aku hadiahkan kepada tuan kecuali putraku ini, maka ambillah dia sebagai pembantumu. Nabi pun senang dan menerima Anas dengan wajah yang berseri-seri.
Itulah sebabnya, dengan bangga Anas bin Malik mengatakan, Aku telah menjadi pengabdi Rasulullah SAWsejak hari pertama hijrahnya sampai beliau wafat.
Sebagaimana dimaklumi durasi Nabi dakwah di Kota Madinah adalah sepuluh tahun. Dengan demikian Anas dengan setia telah mengabdikan dirinya kepada Nabi selama itu.
Sewaktu Anas bin Malik menjadi pembantu Nabi, ia sangat merasakan perilaku Nabi yang sangat mulia. Ia merasakan indahnya perangai Nabi dan agungnya sifatnya. Ia sendiri yang bercerita, Rasulullah SAW adalah orang yang mulia akhlaknya, yang lapang dadanya dan sangat dermawan.
Suatu hari beliau mengutus aku untuk suatu hajat, kemudian aku keluar, namun aku menuju teman-teman sebaya yang sedang asyik bermain-main di pasar sehingga aku pun nimbrung dalam permainan mereka, yang membuat aku lupa tugas yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
Saat aku bermain-main, ada seseorang yang memegang bajuku. Ternyata dia adalah Rasulullah SAW beliau pun tersenyum manis seraya bersabda: Wahai Unais, apakah anda sudah melaksanakan yang aku perintahkan? Aku pun berlari sambil mengatakan: Ya, aku lakukan sekarang wahai Rasulullah. Katanya pula, demi Allah, aku telah mengabdikan diriku kepada Nabi selama sepuluh tahun, namun beliau tidak pernah menegur aku, kenapa Anda lakukan seperti itu! Atau mengapa Anda tidak melakukannya! Sungguh dalam kisah ini banyak hikmah yang dapat dipetiknya.
Baca sambungan di halaman 2: Empat Kewajiban Majikan pada Pembantu